Sunday, May 19, 2019

22

.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
Lelaki Itu Menabur Bunga, Tertawa Menjemput Lupa
.
.
.
.
hening 
sejak tadi memeluk sunyi, 
.
denting hujan 
terbiar 
memagut sepi. 
.
tabir langit dikuak desir angin 
yang mengabarkan kematian 
pada akhir senja. 
.
lelaki itu berdiri 
di depan pusara, 
mengubur luka.
.
duapuluh butir kerikil kecil 
tersimpan di saku celana 
yang terbalut dekil, 
penanda hempasan purnama 
tak henti melanda. 
.
senja  pun sejak tadi 
beranjak tanpa kata. 
.
lelaki itu, 
menggenggam bongkahan tanah merah, 
menanam airmata darah, 
menyerah kalah 
pada pasrah.
.
segenggam kata 
tak selesai mengurai asa,
.
berharap pada deretan pagu waktu 
yang bersisa. 
menanti satu kerikil kecil 
usai purnama, 
menggenapi keganjilan angka duapuluh satu. 
.
bersama luka, 
lelaki itu menggali makna, 
dari semua bentuk cara 
serta himpunan doa.
.
udara dingin 
tak sungkan menemani, 
menelisik masuk menjalar setiap lubang pori-pori. 
.
lelaki itu menabur bunga, 
beranjak menjauhi pusara, 
tertawa menjemput lupa.
.
.
.
.
.
.