Saturday, July 12, 2014

golkar si KUTU LONCAT KUTUKUPRET MENCREET

Belum sampai seumur jagung, kabar tak sedap menghampiri koalisi Merah-Putih yang mendukung Prabowo-Hatta. Ibarat kapal, koalisi Merah-Putih terancam karam sebelum tiba di tujuan.

Baru-baru ini media dihebohkan oleh kabar akan merapatnya Partai Golkar ke dalam koalisi Kebangsaan Jokowi-JK. Adalah Poempida Hidayatullah yang pertama kali meniupkan kabar mengejutkan itu. Ia memberi sinyal Golkar akan merubah arah dukungannya pasca Pilpres 2014. Hal itu disampaikan oleh Poempida pada saat diskusi "Meneropong Indonesia Pasca Pilpres" di cafe Chichis Wisma Kodel, Jln Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis 10 Juli 2014.

Bak gayung bersambut, selang sehari kemudian, Waketum Partai Golkar, Agung Laksono, tidak menampik kabar kemungkinan Golkar merubah arah dukungan koalisi. Menurutnya, Golkar tidak punya sejarah menjadi oposisi dan selalu berada dalam pemerintahan. "Kalau Jokowi yang menang, ya Jokowi yang kita dukung. Saya kira begitu," ujar Agung seperti dilansir dari Detik.com, Jumat, 11 Juli 2014.

Perubahan arah dukungan Partai Golkar memang cukup besar. Selain tradisi partai "beringin" itu yang tidak pernah menjadi oposisi, sejarah juga mencatat bahwa Golkar pernah merubah arah dukungan koalisi.

Tepatnya pada Pilpres 2004, ketika itu, Golkar mengajukan calonnya sendiri, Wiranto-Shalahudin Wahid. Pasca kekalahan calon yang diusungnya, Golkar yang kala itu dipimpin oleh Akbar Tandjung memilih berkoalisi dengan Koalisi Kebangsaan yang mendampuk Mega-Hasyim sebagai capres-cawapres ketimbang mendukung Jusuf Kalla yang berpasangan dengan SBY.

Kekalahan pasangan Mega-Hasyim oleh SBY-JK membuat internal Golkar memanas. Pada Munas Golkar yang digelar pasca Pilpres 2004, posisi Akbar Tanjung selaku Ketum Golkar digantikan oleh Jusuf Kalla. Sejarah kemudian mencatat berubahnya arah dukungan koalisi Partai Golkar dari Mega kepada SBY.

Saat ini situasi internal Golkar tengah bergejolak menyusul kemungkinan kalahnya Prabowo-Hatta. Kader muda Golkar yang dipecat bergerilya mencari dukungan untuk menggelar Munaslub pada Agustus mendatang. Beberapa tokoh senior partai Golkar dikabarkan mendukung usulan digelarnya Munaslub yang nantinya berujung kepada pelengseran Aburizal Bakrie sebagai Ketum Golkar.

Andai Ical berhasil lengser sebagai Ketum Golkar, maka peluang partai tersebut untuk merubah arah dukungan koalisi makin terbuka lebar. Ical selama ini disebut-sebut sebagai tokoh kunci yang membawa gerbong Golkar berkoalisi dengan Koalisi Merah-Putih.

Persoalannya kini tergantung dari komunikasi politik Megawati. Kendala kekakuan komunikasi politik Megawati telah terbukti dengan merapatnya Golkar ke dalam koalisi Merah-Putih di menit-menit terakhir. Andai Mega masih kaku dalam melakukan pendekatan politik, maka perubahan arah dukungan koalisi Golkar akan mengecil.

Namun menimbang simbiosis mutualisme dalam dunia politik dan kebutuhan Koalisi Kebangsaan akan sokongan suara tambahan di parlemen, maka besar kemungkinan kekakuan komunikasi Megawati akan mencair. Dan bergabungnya Golkar ke dalam Koalisi Kebangsaan tinggal menunggu waktu, yaitu pasca pengumuman resmi KPU pada tanggal 22 Juli 2014 dan setelah "paduka" Aburizal Bakrie lengser keprabon.

Walhasil, kapal koalisi Prabowo pun terancam karam.

SALAM KEBANGKITAN SYIAH SHIAAA