Saturday, October 5, 2013

Yudhistira Mencuri Janda

” Siapa nama anda kisanak?
.
Ucap seorang pertapa penuh tanya pada sosok ksatria di hadapanya.
.
.
.
” Yudistira paman.
.
.
.
.
.
Merekapun saling memandang. Sang pertapa terus mengamati sosok di hadapanya yang begitu santun. Tak nampak gelagat aneh maupun angkuh yang tersirat di wajahnya, ia nampak lugu dan bersahaja.
.
.
.
.
.
” Ada maksut apa kisanak datang kemari.
.
.
.
.
.
.
” Saya hanya singgah sejenak paman, kebetulan saya melihat paman sedang duduk dengan khitmadnya.
.
.
.
.
.
.
” Ha ha ha…apa kamu menginginkan sebuah kesaktian dariku wahay paduka raja, mintalah seperti saudara-saudaramu itu.
.
.
.
.
.
” Siapa saudara saya itu paman?
.
.
.
.
.
.
.
.
” Arjuna dan Bima. Mereka adalah para ksatria yang tangguh, membela rakyatnya yang lemah. Aku telah banyak menurunkan kesaktianku pada kedua saudaramu itu, mintalah apa yang kamu inginkan Yudistira?
.
.
.
.
.
.
.
.
Yudistira diam sesaat. Tatapnya menerawang ke angkasa dan sesekali melihat ke bawah kakinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
” Saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri paman. Berilah aku ilmu sadar diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
” Luarbiasa. Baiklah, aku mengerti sekarang. Kenapa tiada satupun orang yang bisa melukaimu, sebab apabila setetes darahmu menetes ke bumi, niscaya bergoncanglah seisi dunia ini.
.
.
.
.
.
.
” Paman terlalu berlebihan, saya tidak memiliki apa-apa, saya hanya orang yang apa adanya, tak ada satupun yang aku tutupi.
.
.
.
.
.
.
” Itulah kesaktianmu nak. Kejujuran. Tiada ego maupun emosional yang tegak berdiri dalam dirimu, sungguh kamu sudah memenangkan segala musuh maupun ketakutanmu.
.
.
.
.
.
.
Dan tak berapa lama Yudistirapun mohon diri. Ia mengucapkan terimakasih pada sang pertapa tentang segala pengertianya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.