Wednesday, March 20, 2013

I'm Number Five, You're Number Four

Abis nonton I’m Number Four, film ini begitu berkesan. Sebenarnya saya begituimpressed sama kisah cinta yang dibalut dengan perjuangan sang pemeran utama prianya yang berusaha untuk tetap hidup mungkin tidak hanya untuk dirinya saja, tetapi juga demi cintanya. Waw, pemerannya ini begitu menginspirasi saya. Baik pemeran utamanya yaitu Alexander Pettyfer maupun pemeran utama wanitanya yaitu Dianna Argon, yups, salah satu pemain di drama musical Glee ini bermain dengan sangat memukau. Subjektif bangets ya? Haha.

Baiklah saya akan menceritakan kesubjektifitasan film ini dari sudut pandang saya, sah kan? iya dong, sah saja lah, apalagi yang main manis banget. Ok, cerita ini diawali dengan perkelahian antara para pembunuh, pelindung calon korban, dan calon korban. Ok ok saya bakal jelasin siapa saja mereka.

Calon korban, sebut saja dia begitu. Dia adalah satu di antara sembilan orang anak dari sebuah planet bernama LORIEN yang kabur dan terpilih untuk diselamatkan. Mereka dibawa ke bumi dengan masing-masing seorang pelindung. Sembilan orang anak ini hidup terpisah. Mereka terus diburu oleh makhluk bernama MAGADORIAN untuk dibunuh satu per satu secara berurutan, dan yups tepat sekali film ini menceritakan tentang si anak LORIEN yang mendapat giliran terbunuh nomor empat, bernama JOHN.
John Martin, selalu berpindah-pindah ke tempat lain bersama pelindungnya bernama Henri, agar letak mereka tidak terdeteksi. Sepertinya ada banyak hal yang menyebabkan anak-anak ini yang kini mungkin sudah tumbuh besar, menjadi terdeteksi. Internet membantu penemuan mereka lho, gaswat gaswat! O iya hampir lupa, bahwa jika ada yang terbunuh maka ”The Next Numbers” bakal diberi tanda, dan munculnya tanda itu sangat sakit. Kalo si John munculnya di kaki. Tanda-tanda itu berbentuk bulat dan memiliki bentuk yang unik.
Hingga pada suatu saat, di tempat perpindahan yang baru, John “The Number Four” menemukan seorang gadis, he’eh¸si Sarah namanya. Suppa Duppa manis dan cantik menurut saya. Dalam keadan dimana John harus menjaga identitasnya, ia mengalami satu perasaan yang  normal dialami oleh seorang remaja seusianya, Jatuh Cinta. Sarah mampu membuat John menjadi laki-laki yang paling bahagia dan berarti di bumi, bahkan di ending film si John ngomong,  “Ini Kota pertama aku pergi tanpa Henri, tapi ini juga pertama kali aku punya alasan untuk kembali.”, Noh, omongannya cowok banget kan? seperti pria sejati yang  harus mengejar cintanya, bukan menunggu untuk dikejar.
Mungkin ga hanya bagian endingnya aja yang ngebuat saya impressed, tapi juga konflik-konflik yang dimainkan dnegan karakter yang masuk di hampir semua tokohcentral, contohnya selain Sarah adalah, si Sam, Mark, si The Number Six, bahkan si Anjing. Gokil. Bukan hanya cinta yang diomongin di sini, tapi juga pershabatan dan mungkin sedikit kepahlawanan. Aksi-aksinya juga keren, konsep cerita seperti adanya warisan yang dimiliki oleh “The Numbers” juga keren, jadi inget cerita-cerita berbauHarry Potter, atau cerita yang lain, yang mengisahkan seseorang yang memiliki kekuatan masing-masing dengan karakternya masing-masing, saya selalu suka bangetdengan film-film yang salah satu konsep ceritanya seperti ini.
Balik lagi kepada kesubjektifitasan saya ya, he’eh cinta. Paling berkesan itu saat dua orang itu saling menyatakan cinta, dengan kata yang saling berbalas, “Semua yang kupikirkan hanya kau saja.” Wuzz rembes deh rembes! Sarah juga ngasi info ke saya bahwa, tangan seorang pria sejati itu akan menghangatkan tangan wanita, kasi balsem kasi balsem, haha! O iya, Sarah juga manusia yang mampu membuat John bisa fokus dan mampu mengendalikan kekuatannya, ini nih pelajaran yang berharga, seorang pria akan lebih terlihat keren jika ia mampu menahan emosinya, nice message, okeh overall okeh!