Sunday, May 6, 2012

Paling Enak Main Ke Kolom Teknologi.......... SEPIIIII BEROOOOO.........



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Allah, Liberty and Love
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
In Allah, Liberty and Love, Irshad Manji paves a path for Muslims and non-Muslims to transcend the fears that stop so many of us from living with honest-to- God integrity: the fear of offending others in a multicultural world as well as the fear of questioning our own communities.
Since publishing her international bestseller, The Trouble with Islam Today, Manji has moved from anger to aspiration.
She shows how any of us can reconcile faith with freedom and thus discover the Allah of liberty and love—the universal God that loves us enough to give us choices and the capacity to make them.
Among the most visible Muslim reformers of our era, Manji draws on her experience in the trenches to share stories that are deeply poignant, frequently funny and always revealing about these morally confused times.
What prevents young Muslims, even in the West, from expressing their need for religious reinterpretation?
What scares non-Muslims about openly supporting liberal voices within Islam?
How did we get into the mess of tolerating intolerable customs, such as honor killings, and how do we change that noxious status quo?
How can people ditch dogma while keeping faith? Above all, how can each of us embark on a personal journey toward moral courage—the willingness to speak up when everybody else wants to shut you up?
Allah, Liberty and Love is the ultimate guide to becoming a gutsy global citizen.
Irshad Manji believes profoundly not just in Allah, but also in her fellow human beings.
.
.
.
.
.
.
.
Semaleman habis baca buku Irshad Manji, NGGA LUAR BIASA ternyata pemikirannya tentang konsep substansi kemerdekaan manusia atas tubuh yang melampaui hal-hal batasan spiritual, ketika cinta hadir dalam manusia, maka serentak itu pula pilihan menjadi sebuah keberadaan yang mutlak perlu, ketika cinta dibatasi atas pilihan-pilihan maka ditemukanlah relasi kekuasaan yang membungkam atas pilihan dan melenyapkan cinta.
Konsepsi cinta Irshad Manji ini dalam kebebasan dan Tuhan, pada awalnya menurutnya seperti Kiekergaard yang mempertanyakan ‘dimanakah letak keadilan atas hidup dalam penentuan Tuhan yang ia teriakkan di padang Jutland’.
Lalu setelah pilihan-pilihan itu membentuk eksistensi maka terjadilah ‘being’ suatu keberadaan.
Ketika Keberadaan menjadi ‘ada’ di situlah muncul esensi.
Esensi dalam cinta Irshad Manji didasarkan pada tiga hal : Pencarian, Penemuan-Penemuan dan Pemahaman, soal pertama adalah ‘jatuh cinta, soal kedua adalah ‘kesesuaian’ dan soal ketika adalah ‘rindu’ yang dibatasi waktu.
Dalam cinta yang sejati tak ada ‘ruang’ dan tak ada pembedaan, cinta itu lorong rahasia diatas segala rahasia.
Sebenarnya Irshad Manji bicara dalam cinta yang sungguh, di sini kita bisa menemukan sebuah cinta baik yang dipahami oleh Nietsczche sebagai ‘cinta’ membebaskan dalam pengertian ‘Manusia dibebaskan dulu dari kelemahan-kelemahannya’, “Cinta” dalam konsepsinya Gibran “Cinta adalah kepakan sayap yang terluka dan patah” disini cinta membentuk keluasan hati atau “Cinta” yang dipahami Shakespeare ‘Cinta tanpa Pertanyaan, tanpa identitas, biar diganti namanya sekalipun, mawar akan tetap berbau harum - ‘rose by any other name would smell as sweet’ ‘. 
Lalu ujung-ujungnya adalah ‘cinta’ membentuk sesuatu yang ada, karena itu Irshad Manji membundel rangkaian pemikirannya itu pertama kali adalah Tuhan, Kebebasan dan Penemuan atas cinta.
“Kemerdekaan itu laksana burung yang terbang di langit, membentangkan sayapnya, bercicit cuit dengan gembira, ia menuju pada kelapangan hati. ‘kemerdekaan itu dirimu yang dibebaskan dari rasa ketakutan-ketakutan”.  
Kata Bung Karno dengan nama samaran Bima di Surat Kabar Oetoesan Hindia, 1928.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BUKU INI NGGA ENAK DIBACA DAN NGGA PERLU DIBELI…………..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.