Friday, August 5, 2011

Saya Doktor mas, Bukan Dokter

Ini cerita nyata yang membuat saya tersenyum kalau mengingatnya. Saya tinggal di sebuah komplek apartemen di kota Landskrona, Swedia baru beberapa bulan. Ada banyak  blok apartemen di kota ini yang dikelola perusahaan swasta, Landskronahem AB (semacam PT). Mereka mengelola 4000 apartemen, dan termasuk perusahaan terbesar di kota ini.
Saya dan keluarga menempati salah satu blok, tepatnya di lantai dua. Di lantai tiga, ada seorang tetangga imigran dari timur tengah, namun sudah tinggal di Swedia lebih dari sepuluh tahun. Jadi ya bahasa Swedianya pun sudah cas cis cus. Tetangga saya itu, sebut saja Abu, punya seorang anak laki-laki berumur 2 tahun.
Pada suatu pagi, saya  bermain di taman depan apartemen dengan ke dua anak saya Juno ,7 tahun dan Marcho, 4.
Rupanya Abu dan anaknya pun turun bermain. Kami pun mengobrol. Saya baru belajar bahasa Swedia lewat buku yang ditulis oleh teman Swedia saya. Jadi ya bicara sekenanya, karena Abu tidak bisa bahasa Inggeris.
Ketika pembicaraan berkisar masalah pekerjaan, saya bilang “Jag är doktorand i universiteit i Alnarp“, yang artinya ” saya mahasiswa program doktor di sebuah universitas di Alnarp”. Abu bilang ”Oo..doctor…mycket bra ( oo dokter..bagus sekali)”. Terus dia menerangkan ke anaknya ” han är doctor(dia seorang dokter)”, sambil memperagakan seorang dokter menyuntik pasien. Dia menerangkan sesuatu yang nampaknya menjelaskan kepada anaknya agar jangan rewel, kalau rewel nanti disuntik sama orang ini yang dokter.
Saya lalu mencoba menjelaskan lebih jauh kalau saya bukan dokter seperti di rumah sakit ” nej, jag är inte en läkare på sjukhus. Jag är doktorand på jordbruk ( Bukan, saya bukan seorang dokter yang seperti di RS, tapi mahasiswa doktor bidang pertanian)”. Tapi, nampaknya Abu tidak begitu paham.
Malah dia mengeluhkan sakit pada perutnya, ” Min mage är inte bra (Perut saya tidak enak)”. Waduh maksa nih mas Abu. Saya bilang saja ” vänligen gå till vårdcentral (Coba pergi ke poliklinik)”. Namun nampaknya, dia tetap meminta pendapat saya. Ya, akhirnya saya beri saran bijaksana saja agar mengurangi minuman bersoda, banyak minum air putih.
“Drick mineralvatten, inte dricker för mycket läsk. Det är inte bra”
Karena saya amati pada beberapa kesempatan, memang banyak orang dari timur tengah berbadan subur alias gemuk. Dari gaya hidupnya saya lihat kalau di supermarket mereka sering membeli minuman bersoda dalam jumlah yang banyak,  banyak makan daging dan ngemil.
Saya agak khawatir, jangan-jangan tengah malam pintu kamar saya diketuk, meminta saya memeriksa mas Abu ini atau anaknya kalau lagi sakit..waduhhh.(Hari Priyadi)