Wednesday, June 1, 2011

Naiknya Nabi Isa Almasih dalam Aqidah Islam


Sangat berbeda dengan keyakinan Nasrani, dalam Islam Nabi Isa almasih diyakini tidak wafat disalib, ia telah diselamatkan oleh Allah SWT dari konspirasi orang-orang Yahudi, beliau lolos dan tidak berhasil digantung, beliau telah diserupakan oleh Allah dengan seseorang hingga orang tersebutlah yang berhasil disalib.

Klaim orang-orang Yahudi bahwa: "kami telah membunuh Isa almasih", Allah menjelaskan peristiwa yang sebenarnya, yaitu:"mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya akan tetapi ia telah diserupakan (dengan seseorang) untuk mereka", lalu Allah pertegas posisi almasih setelah selamat dari upaya pembunuhan tersebut.

بَل رَّفَعَهُ اللّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

"bahkan Allah telah mengangkatnya ke sisi-Nya, dan Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana.( lihat surat an-Nisa:157-158).

Jumhur ulama Islam memandang bahwa beliau saat itu diangkat dengan ruh dan jasadnya dalam keadaan masih hidup, dan akan terus seperti itu sampai Allah menurunkannya kembali di akhir zaman sebagai salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat. Keyakinan ini, didukung dengan beberapa argumen dan fakta, antara lain;

Pertama; Allah menyebutkan peristiwa diangkatnya Isa almasih ke sisi Allah dalam konteks bantahan terhadap klaim orang-orang Yahudi bahwa mereka telah berhasil membunuhnya. Sekiranya ia diangkat hanya dengan ruhnya saja tanpa jasad dalam keadaan telah wafat maka bantahan Allah terhadap mereka sama sekali tidak memiliki arti apa-apa, sebab semua orang yang telah wafat, baik secara normal maupun yang mati disalib semuanya terangkat rohnya ke langit.

Kedua; Allah menyinggung kasus diangkatnya ke sisi Allah dalam surat Ali Imran ayat: 55 dalam konteks penyebutan keistimewaan-keistimewaannya, sekiranya ia diangkat hanya dengan ruhnya saja, maka hal itu bukan sesuatu yang istimewa karena semua manusia baik nabi maupun manusia lainnya juga mengalami hal yang sama.

Agumentasi ini diperkuat oleh fakta yang disebutkan oleh Allah dalam firmannya:

وَإِن مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا (النساء : 159)

"Dan tidak ada seorang pun di antara Ahlul Kitab, kecuali pasti ia akan beriman kepadanya (Isa) sebelum wafatnya, dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi atas mereka".

Ayat ini sangat transparan menjelaskan bahwa beliau tidak akan wafat sebelum Ahlul Kitab seluruhnya beriman kepadanya, padahal sejarah - baik klasik maupun kontemporer - telah mencatat bahwa tidak semua mereka beriman kepadanya, bahkan mayoritasnya mengingkarinya. Secara faktual, Ahlul Kitab yang beriman kepada Isa almasih saat berdakwah di tengah mereka sangat sedikit, sebagian ahli sejarah menyebutkan hanya sebelas atau dua orang saja, yaitu; mereka yang dikenal dengan kaum hawarieyyienSementara ayat tersebut telah menegaskan bahwa ia tidak akan mati sebelum semua Ahlul Kitab beriman kepadanya. Fakta ini menunjukkan bahwa tugas almasih belum sempurna, tetapi kelak ia akan menyempurnakannya sebelum ia wafat.

Fakta lain yang mendukung bahwa beliau belum wafat, dan hanya diangkat oleh Allah adalah bahwa beliau akan berkomunikasi dengan umat manusia saat usianya telah senja, Allah berfirman:

وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَمِنَ الصَّالِحِينَ (آل عمران : 46)

"Dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan saat usia senja, dan dia termasuk di antara orang-orang shaleh".

Sebenarnya kemampuan seseorang berkomunikasi pada usia senja, yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan fase kahl atau kuhulah, yaitu umur yang telah lewat empat puluh tahun ke atas, bukanlah sesuatu yang istimewa tetapi mengapa Allah menyebutkannya dalam konteks keistimewaan dan memparalelkannya dengan kemampuannya berbicara saat masih bayi ?. Hal tersebut dapat terjawab dengan memahami fakta perjalanan hidupnya, yaitu; beliau diangkat oleh Allah ke sisi-Nya saat usianya baru berkisar 33 tahun. Dan pada saat kembali ke permukaan bumi ini di akhir zaman, ia akan hidup selama 40 tahun, maka apabila usia 33 tahun dikalkulasi dengan 40 tahun hasilnya menjadi 73 tahun, yatu usia yang benar-benar tepat dikatakan sebagai fase alkahl atau alkuhulah. Dengan demikian ayat tersebut mengindikasikan bahwa ia akan melanjutkan perjalanan hidupnya di atas muka ini sebelum akhirnya beliau menemui ajalnya.

Turunnya Isa Almasih ke Permukaan Bumi

Perjalanan hidup Isa almasih belum berakhir dengan diangkatnya ke sisi Allah, tetapi masih akan berlanjut dengan turunnya kembali di akhir zaman ke permukaan bumi ini untuk menunaikan tugas mulia yang belum sempat ditunaikannya atau belum sempurna pada periode kehidupannya yang lalu. Kedatangannya nanti di akhir zaman menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا (الزخرف: 61)

"Dan sesungguhnya dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari kiamat, karena itu maka janganlah engkau ragu tentang hari kiamat tersebut".

Turunnya kembali Isa putra Maryam juga ditegaskan oleh Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam dalam beberapa sabdanya, antara lain;

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ (أخرجه البخاري رقم: 3448)

"Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh sudah dekat turunnya putra Maryam sebagai pemimpin yang adil, Ia akan menghancurkan salib, membunuh babi dan mengapus jizyah (pajak)".

Dipetik dari tulisan A. Rozak