Nasib Filatelist Amatir
Kring, kring, pooos, pooos. Itu berati ada kiriman surat buat rumah yg didatangi Pak Pos dengan sepeda sundungnya atau motor oranyenya. Bagi para pemburu perangko, ini berarti penambahan jumlah koleksi. Saya termasuk orang yang senang mengumpulkan perangko bekas. Dari SD hingga kini saya kumpulkan semua perangko bekas tadi dalam buku-buku album perangko yang besar.
Buku ini saya beli di kantor pos besar Bandung. Ada juga buku album perangko yang saya beli di Surabaya.
Saat ini surat yang datang tak lagi datang dari orang yang mengirim berita atau pesan, karena sudah tergantikan dengan surat online (SMS, BBM, e-mail dll). Surat yang dikirim ke rumah hanya kumpulan report kartu kredit, brosur, tagihan cicilan motor, mobil, kulkas, TV dll. Semua surat tersebut tanpa disematkan perangko di sudut kanan atasnya, karena sudah tercetak perangko berlangganan.
Kalau mau memiliki perangko seri terbaru maka harus pergi ke kantor pos Passer Baroe. Tapi ini tak memuaskan saya yang lebih senang berburu perangko bekas ketimbang perangko baru. Banyak suka dukanya mengumpulkan perangko bekas ini. Tiap-tiap perangko yang saya dapat memiliki ceritanya masing-masing bagaimana saya memperolehnya.
Memang jaman pasti dan akan selalu berubah dari tahun ke tahun dari waktu ke waktu. Kalau kita diam saja pastiita akan digilas oleh sang waktu. Kita harus terus bergerak seirama perubahan jaman. Adaptasi kata kerennya.
Jadi harapan mendapat perangko bekas cuma tinggal ngacak-ngacak kantor orang, lalu ke bagian personalia minta amplop bekas lamaran kerja, itu juga kalau ada perangkonya. Beginilah nasib pemburu perangko bekas amatiran.