Sepotong Berlin
Siang tadi seorang teman mampir ke tempat saya, ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul, dari A sampai Z, mulai alpha hingga omega, dari politik hingga dagang itik, pokoke yang lagi ngetrend saat ini dah.
Sampai pada satu pertanyaan yang saya tak mengerti arahnya. Dia tanya, kalau disebut kata Berlin, apa yang terlintas di kepala saya. Hmmm, kata pertama yang terlintas adalah tembok, ya Tembok Berlin. Apalagi tanyanya. Nazi, Hitler, Holocaust, Catacombe, Kamp Konsentrasi, Yahudi, Hertha Berlin, Berlin Barat atau Berlin Timur, …. apalagi yaa?
Dia bilang, kalau satu kata disebut lalu yang terbayang oleh saya cuma yang bernada miring atau tidak baik, berarti saya kurang banyak baca, kurang banyak pengetahuan, masih negative thinking dalam menyikapi sesuatu.
Ternyata arah pertanyaannya cukup lurus. Tak lama setelah ia pulang, langsung saya cari informasi tentang Berlin, walaupun cuma dapet sepotong-sepotong. Kalau diibaratkan gajah, saya cuma dapet ujung ekornya saja.
Di Berlin yang penduduknya sekitar 3,4 juta jiwa itu ternyata tercatat jumlah komunitas Indonesia adasekitar 2.000 orang dan 1.200 orang di antaranya adalah muslim, secara total penganut Islam di Berlin ada sekitar 290.000 orang. Total WNI di Jerman ada sekitar 12.000 orang.
Fenomena menarik di Berlin dan Jerman pada umumnya adalah peningkatan penganut agama Buddha, dan jumlah pastinya saya belum dapat. Rencananya Pusat Buddhis terbesar di Eropa akan dibangun di sebuah situs bekas kompleks militer di luar Kota Cologne setelah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah.
Kompleks pusat Buddhis tersebut akan menampung 60 sampai 80 bhiksu dan lebih dari 200 tamu. Saat ini sudah ada 20 bhiksu dan bhiksuni tinggal di situs di Waldbroel, 50 km sebelah timur Kota Cologne. Proyek senilai 10 juta Euro (14 juta Dolar Amerika), oleh Institusi Buddhisme Terapan Eropa tersebut adalah untuk menyediakan seminar-seminar dan kursus, pengajaran strategis untuk menghadapi masalah-masalah seperti konflik, kemarahan atau kesulitan. Pusat Buddhis tersebut rencananya akan dibuka pada tahun 2015.
Trauma akibat Perang Dunia II dan holocoust hanya tersimpang di kepala para orang tua masyarakat Yahudi. Sedang bagi kaum muda, Jerman kembali diminati sebagai tempat yang menarik bagi masyarakat Yahudi. Para imigran Yahudi memanfaatkan undang-undang yang memungkinkan keturunan warga Jerman untuk mengklaim kewarganegaraan Jerman.
Menurut kedutaan Israel, kurang lebih sebanyak 13.000 orang Israel sekarang tinggal di Berlin, belum di wilayah Jerman lainnya. Beberapa tahun terakhir ada kecenderungan semakin banyak warga Israel yang datang ke Jerman untuk menghindari ancaman kekerasan di Timur Tengah.
Untuk orang-orang Israel, kota Berlin menawarkan banyak kemungkinan dan harapan karena begitu Go Internasional dan biaya hidup yang cukup murah untuk standar Eropa.
Data lain tentang Berlin sedang saya ubek-ubek ke sana-sini. Tapi secuil info di atas yang cuma tiga potong kue dalam nampan yang segede Danau Toba sepertinya sangat sedikit sekali.
Kalau ngomong Jerman, pasti larinya ke Piala Dunia atau Piala Eropa, karena di kedua event itu saya pasti jagokan Jerman, kalo di Piala Champions saya jagokan Schalke 04 yang diperdaya oleh United. Kalah menang saya tetap jagokan Jerman.
Auf Wiedersehen !!!