Mega Tak Lagi Tersapu Bayu
Miris bener lihat berita yang berseliweran sepanjang dua pekan ini. Eh yang bikin kasihan malah lihat koment-komentnya. Tiap ada postingan berita maka akan kebanjiran koment, dan sang komentator kebanyakan sih orang2 yang berpendidikan agak sedikit hampir tinggi kayaknya (tapi pas kuliah atau sekolah pasti pada bolosnih bocah), dan … alhasil kualitas komentnya cukup lumayan sangat hampir sedikit bagus. Tapi elok juga rupanya, daripada diam aja, cuma celingukan doang, dehem-dehem, atau paling banter klik ’suka’, ngga ada tuh istilah SILENT IS GOLDEN.
Memang yang penting usulan, kritik, saran, solusi dan aksi nyatanya. Kalau anggota dewan banyak omong, emang itu sudah tugasnya, rakyat kecil dan para keroco ngga usah banyak cincong. Juga sang eksekutif melaksanakan apa yg jadi tugasnya, masalah benar atau tidak, bagus atau buruk, perduli amat katanya, toh ampe masa tugas berakhir akan tetep langgeng tanpa menghiraukan gangguan, ancaman, hambatan, hinaan, cercaan, kecuali sang ajal datang menjemput, atau sukarela dijemput.
Dan yang menjadi fenomena di negeri paman sam tampaknya sudah menggejala di sini. Ya, dengan banyaknya media (stasiun TV misalnya) maka rakyat akan banyak disuguhi aneka hidangan berita, baik yang seadanya ataupun yang sudah diplintir ampe 41 puteran. Kadang atau malah hampir 99,99% berita yang disajikan bak bumi dengan langit kenyataannya.
Simak aja pemberitaan yang dibesut tiap harinya, hampir sama seragam. Tak salah kalau ada sebagian dan atau ’sediki’t orang kurang begitu percaya dengan apa yang ditulis di koran, diberitakan di TV ataupun dibaca di negeri dunia suku maya (yang mau kiamat sebentar lagi).
Seperti mega yang berarak di angkasa, dia tak pernah banyak protes mengapa angin menggiringnya, kemana angin akan membawanya, dimana angin akan menghentikannya, tapi kalau sang mega sudah berkumpul, bergumul dengan sang guruh, terikat dengan sang indra, dia akan turun tumpah ruah bersama sang arta ke muka bumi. Mega kini tak perduli tersapu sang bayu lagi.