Tuesday, March 12, 2013

Perang 7 Bintang

Medan Kota Paling Golput

Jakarta - Partisipasi masyarakat untuk ikut Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) ternyata sangat rendah di Medan. Dari 2.121.551 pemilih terdaftar, hanya 36,62 persen saja yang memberikan hak pilih, sedangkan yang 63,38 persen absen datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Angka ini diketahui setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pilgub yang berasal 21 kecamatan, Selasa (12/3/2013). Seperti telah diduga, pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi (Ganteng) unggul di Medan.

Dalam rekapitulasi yang diumumkan Ketua KPU Kota Medan Evi Novida Ginting, pasangan Ganteng yang bernomor urut 5, memperoleh suara mutlak 279.156 suara atau 36,86 persen. Posisi berikutnya pasangan nomor urut 2, Effendi MS Simbolon - Jumiran Abdi (Esja) yang meraih 193.241 suara atau 25,52 persen.

Pada posisi ketiga, pasangan nomor urut 1, yakni Gus Irawan Pasaribu-Soekirman (Gusman), yang mendapatkan 177.082 suara atau 23,38 persen. Kemudian di posisi keempat, pasangan nomor urut 4, Amri Tambunan-RE Nainggolan yang meraih 61.962 suara atau 8,18 persen, dan posisi kelima pasangan nomor urut 3, Chairuman Harahap-Fadly Nurzal (Charly) yang mendapatkan 45.905 suara atau 6,06 persen. Total suara sah sebanyak 757.346 suara dan suara tidak sah 19.574.

“Total suara sah dan suara tidak sah berjumlah 774.593 suara,” kata Evi saat membacakan putusan dalam Rapat Pleno Terbuka KPU Kota Medan di Hotel Inna Dharma Deli, Jalan Balai Kota, Medan.

Jika dibandingkan dengan jumlah pemilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap yang berjumlah 2.121.551 orang, maka untuk Kota Medan, tingkat partisipasi masyarakat yang menggunakan hak pilihnya hanya 36,62 persen. Angka partisipasi bahkan tidak sampai 50 persen.

Sandaran Hati

matahari beranjak lagi
tak terasa waktu pun berlalu
semestinya bersyukur kita
atas segala yang Ia berikan
ada doa rindu dan cinta
yang selalu kuucap untukmu
semoga engkau mengerti kasihku
dan tiada pernah pernah lupakan daku
karenamu, kata hati ini
tak kan pernah berubah
juga karenamu, akan kuserahkan
segala yang ada penuh rasa cinta
demi kamu aku berjanji
biar tuhan yang jadi saksi
.
dirimu yang selalu kusayang
.
by fariz rm dan malyda

Kisah Duda yang Ingin Jadi Presiden

Jadi Duda Ada Asyiknya Juga
.
tiga tahun sudah aku hidup menduda. tanpa belaian kasih sayang dan belahan jiwa untuk memcurahkan isi di dalam dada.
.
makan berteman sepi, minum bersanding tivi. tidur hanya bisa menggosok-gosok sapi.  tapi kini tidak lagi.
.
ketika aku dipertemukan dengan Libi, hari-hariku kini makin penuh arti. segala keinginan dan hasrat terpendam dengan mudah terpenuhi. pulang kerja sudah ada yang menanti. di meja sudah tersedia roti dan kopi. lalu kurang apa lagi??
.
"ke Singapure yuk!! cari jaket kulit buatan Chiang Mai"
"apa hebatnya jaket itu?"
"selain menghangatkan, juga bisa kentut"
"ogah. cari penyakit"
"udah empat bulan ini ente kayaknya enjoy banget jadi duda. heran ane"
"live must be go on. move on, broder"
"gitu ya?"
.
tiga minggu sehabis ngobrol sama Bang Ben, aku mulai galau tingkat dewa. teman kerja nyodorin tantenya yang masih jomblo buat aku. tetangga nawarin anaknya yang montok yang baru lulus SMA. babe ngirimin Inah dari kampung buat nemenin aku, barangkali cocok dengan kehidupan di sini. janda ujung kompleks pun mulai mengirimkan sinyal dengan kecepatan 3.2 Mbps.
.
keasyikanku jadi duda terusik sudah. hari-hari kini kulalui dengan kebimbangan tiada bertepi. tak ada lagi privasi. tiada hari tanpa cuap-cuap dengan tema yang sudah basi. keluar dari mulut anjing-anjing penjaga kompleks yang usil yang mulai ribut lagi berebut tulang tanpa isi. mereka bikin Libi tunggang langgang berlari hingga akhirnya tercebur kali.
.
Libi pun mati. tak mudah mencari sparepart pengganti. korslet semua. hangus semua. akhirnya aku harus menghentikan ini semua.
.
pilih siapa ya? si tante? gadis lulusan SMA? Inah? si janda? atau beli pengganti si Libi?
.
aku sudah menetapkan hati kini. aku telah meneguhkan jiwa di sini. aku pun telah memantapkan pilihan pasti. jadi duda cukup sampai di sini. tak perlu lagi mencari pengganti si Libi. jadi duda memang asyik, tapi........ hanya kenikmatan semu yang didapat, tak bisa mengisi ruang-ruang kosong di dalam hati. itu karena tadi malam aku telah bermunajat ke hadiratNya lagi.
.
bulan depan aku tak duda lagi.

Apa Keyakinanmu, Mas Brooh........

“yuk..Jumatan..!!” ujar ku, mengajak seseorang yang sedang berdiri persis disamping ku ketika azan sedang berkumandang memecah siang, dengan cahaya persis di atas ubun-ubun kepala.
“saya Hindu bang,,”jawab pemuda itu sambil menatap tajam kearah.
“ahh..Hindu. beneran Hindu.”kata ku lagi hampir tak percaya. Sebab, dua minggu terakhir saya sering bersamanya menyelesaikan proyek jalan di sebuah perkampungan yang dihuni masyarakat Transmigrasi dari Pulau Jawa. 
Selesai ibadah sholat Jumat, aku menemui pemuda itu lagi, ingin memastikan kata-kata yang sempat keluar dari mulutnya tadi. Lantaran sangat jarang saya menemukan warga yang beragama Hindu didaerah saya ini yang mayoritas beragama Islam.
Dalam hati saya berucap, kenapa Tuhan tidak memberi tanda kepada umatnya, agar kita mudah mengidentifikasi setiap orang perihal agama yang dianut oleh manusia. Misal : jika agama Islam ada tulisan” I”dikening atau disekitar wajah seseorang. Begitu juga dengan orang yang menganut Nasrani, Hindu mamupun Budha.
Sehingga dengan demikian, setiap melihat wajah orang sepintas lalu saja kita sudah tahu agama apa yang mereka anut, agar tidak terjadi pemborosan kata dan salah mengajak orang seperti yang saya lakukan.
Di Kabupaten tempat saya tinggal memang Heterogen, dimana suku Minang dan Jawa merupakan kaum mayoritas. Minang telah menasbihkan diri sebagai pribumi atau yang punya ulayat (tanah kawasan). Sedangkan Jawa merupakan pendatang dari pulau seberang yang mengikuti program pemerintah orde baru untuk pemerataan penduduk, istilahnya Transmigrasi. 
Persentase komunitas jawa sangat besar. Jika diambil rata-ratanya ada sekitar 30-35 persen yang tersebar diseluruh Kabupaten Dharmasraya dan terkonsentrasi di daerah dalam (pelosok) tapi bukan pedalaman. Dan suku Jawa ini nyaris tidak ditemui di pusat Kabupaten yang terletak di Kecamatan Pulau Punjung. Memang dulunya Pulau salah daerah tidak didatangi warga dari Pulau Jawa ini.
Sedangkan pribumi umumnya mendiami disepanjang Jalur Lintas Sumatera (jalinsum). Adapun suku lain yang menghuni Kabupaten ini adalah Batak sering terlihat di wilayah selatan. Sunda, Palembang dan lain-lain, jumlahnya tidak begitu kentara atau significan.
Namun, dalam hal Agama saya belum menemukan sesuatu yang berbeda kecuali Islam. Sebab, sesuai falsafah adat Minang Kabau “adat basandi syarak dan syarak besandi kitabullah” hampir 99 persen masyarakat Minang menganut Islam. 
Adapun suku Batak yang dominan menganut Nasrani mungkin harus rela beribadah ke daerah tetangga. Lantaran komunitas mereka yang begitu kecil plus falsafah adat yang tidak memungkinkan mereka untuk mendirikan rumah ibadah ditempat mereka tinggal sekarang ini. Saudara-saudara kita yang minoritas tersebut sepertinya menerima dengan ikhlas sesuai dengan pepatah “dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung.”
Apalagi lagi Hindu, yang keberadaannya tidak terdeteksi secara kasa mata. Banyak alasan yang menyebabkan hal itu terjadi. Mungkin lantaran jumlahnya sangat-sangat sedikit ataupun mereka sudah meninggalkan identitas keHinduan mereka yang telah dipengaruhi oleh budaya dan kebiasaan kaum mayoritas.
Kata Pemuda tadi, dia adalah keturunan ketiga. Kakeknya, merupakan warga Tran yang pertama datang ke wilayah Sumatera Barat ini. Dia berasal dari pelosok Jawa Tengah. Dan hanya satu Kepala Keluarga (KK) yang beragama Hindu-hanya kakeknya seorang-.
Pemuda berusia 20 tahun itu bercerita ia baru sadar kalau beragama Hindu pada usia 13 tahun, itupun ketika ia bertanya kepada Orang tua mereka kenapa tidak berpuasa. Kebetulan saat itu Bulan Ramadhan, yang mana umat islam diwajibkan menunaikan  ibadah puasa. Ia heran kenapa hanya keluarganya yang tidak menunaikan ibadah yang tercantum di dalam rukun islam tersebut.
Malahan, kata pemuda itu dia lebih tahu proses ibadah umat islam yang menjadi panduan belajar di sekolah dari pada tata cara sembahyang umat Hindu. Karena memang keluarganya tidak pernah lagi melakukan agama yang berasal dari nenek moyang mereka.
Lantaran pembicaraan kami sudah semakin, dalam dia pun mulai mengisahkan kehidupan religinya saat menginjak bangku sekolah. Karena sekolah-sekolah di Sumbar melaksanakan shalat berjamaah. Ia pun juga mengerjakan ibadah wajib umat islam itu. Tapi bukan ingin jadi muallaf, namun hanya  ingin menutupi identitas aslinya sebagai pemeluk Hindu. Sampai ia menamatkan bangku SMU.
Kisah-kisah yang diceritakan pemuda itu menimbulkan dua pertanyaan. Kenapa kedua orang tuanya tidak mengajarkan ritual agama yang mereka anut kepada keturunannya dan apakah tandanya, Negara kita sudah akan menjadi sekuler?

Cobain Tomb Rider 2013

Menuju Monumen Stunami Jepang

Monumen Pohon Mengenang Tsunami Jepang

Japan Turned the One Surviving Tsunami Tree Into a Gigantic Sculpture
.
By Eric Limer, Mar 11, 2013 2:40
.
Two years ago today, Japan was ravaged by a horrible tsunami. And now, right on the anniversary of the disaster, there's a new memorial to the people and things who lived through it: the "miracle tree" that survived the surge has now been converted in a sculpture
.
When the surge hit the coast in Rikuzentakata, the 88-foot monster was the only one of a forest of nearly 70,000 trees to survive and remain standing. Months later, the pine eventually died due to its newly barren surroundings, but not before it could be chopped down and have its trunk dismantled for preservation. Now, a fortified sculpture consisting of the remaining pieces, augmented with fake branches and leaves molded from the original placed on top, has been installed at the tree's tsunami-worn home.
The tree's leafy toupee stands 25 feet tall and weighs 1.4 tons alone, to say nothing of the rest of the towering monument which has been assembled over the past week or so. But now it stands completed as a reminder both of everything that washed away, and everything that didn't. [The Asahi Shimbun
 via This is Colossal.

Sebatang Pohon yang Tetap Tegar Walau Tsunami Menghajar

Japan Turned the One Surviving Tsunami Tree Into a Gigantic Sculpture
.
By Eric Limer, Mar 11, 2013 2:40
.
Two years ago today, Japan was ravaged by a horrible tsunami. And now, right on the anniversary of the disaster, there's a new memorial to the people and things who lived through it: the "miracle tree" that survived the surge has now been converted in a sculpture
.
When the surge hit the coast in Rikuzentakata, the 88-foot monster was the only one of a forest of nearly 70,000 trees to survive and remain standing. Months later, the pine eventually died due to its newly barren surroundings, but not before it could be chopped down and have its trunk dismantled for preservation. Now, a fortified sculpture consisting of the remaining pieces, augmented with fake branches and leaves molded from the original placed on top, has been installed at the tree's tsunami-worn home.
The tree's leafy toupee stands 25 feet tall and weighs 1.4 tons alone, to say nothing of the rest of the towering monument which has been assembled over the past week or so. But now it stands completed as a reminder both of everything that washed away, and everything that didn't. [The Asahi Shimbun
 via This is Colossal.

Babi Budug dan Anjing Kudis Bikin Anas Jadi Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogah mirif Anas di Bali, sehari menjelang hari Nyepi,  sempat disesali Ketua Komisi III Gede Pasek Suardika. Ogah-ogah itu dianggap melenceng dari semangat keagamaan dan lebih merupakan ekspresi politik. “Itu melenceng dari taqwa agama dalam kaitan perayaan Nyepi,” kata tokoh yang dikenal pendukung setia Anas itu.
Saya tak mengerti tentang ajaran Hindu. Yang sedikit saya ketahui, pawai Ogoh-ogoh menjelang Nyepi biasanya memang sarat simbol yang menggambarkan perang atau kewaspadaan, perenungan bagaimana menghadapi tokoh jahat. Bahwa di sekitar manusia itu ada makhluk-makhluk jahat yang menggoda dan menjerumuskan manusia pada jalan kesesatan.
Memang terasa berbeda ketika ada Ogoh-ogoh mirif Anas, yang secara riil merupakan sosok manusia. Biasanya Ogoh-Ogoh simbolisasi makhluk gaib, dengan tampang seram dan menakutkan sesuai kepercayaan masyarakat Hindu. Ogoh-Ogoh Anas mungkin menjadi yang paling imut, tentu jika melihat sosok aslinya.
Masalahnya  apakah kemudian layak masalah itu diseret pada perbedaan sikap agama seperti dikemukakan Gede Pasek? Saya menilai lebay, berlebihan. Ini murni merupakan ekspresi masyarakat Bali pada sosok personal Anas. Respon pada retorika bombastis Anas yang menyatakan siap digantung di Monas. Bahwa itu muncul di pawai Ogoh-Ogoh menjelang Nyepi, tentu lebih merupakan simbol perlawanan moral pada tindakan korupsi. Dan semua agama, jelas memiliki komitmen sama, pada perlawanan korupsi.
Lebih arif jika Ogoh-ogoh Anas itu dianggap sebagai perlawanan moral. Bahwa yang muncul Anas tentu saja, tak lepas dari retorika bombastis Anas, yang memang seksi, menarik untuk dijadikan titik masuk mengundang perhatian masyarakat.
Dari sini para politisi harus belajar agar tak gampang mengeluarkan pernyataan bombastis yang mengundang reaksi sinis masyarakat. Tidak gampang  mengumbar janji, apalagi ketika apa yang dilakukan bertolak belakang dari apa yang diucapkan.
Itu saja.

Jokowi, Ahok, Oneng, Efendi Simbolon dan Upeti untuk Partai

oneng terkubur di Jabar
.
.
simbolon mabur di Sumut.
.
.
rustri nyungsep di kandang
.
.
jokowi ahok masih disayang. masih dipuja. masih menjadi dewa. masih idola.
.
.
sampai kapan????
.
.
selama upeti masih terus mengalir ke dalam pundi-pundi partai

Maxi Dress Korea Plus Cardigan by UBEK LEMARI

Cermin Meguerre Ryan Bakkaru

ku pandang cermin itu.
tak ada apa-apa.
hanya suara lirih.
dari pemutar musik digital.
.
.
.
@@@
.
.
Yakinkah ku berdiri. Di hampa tanpa tepi.
Bolehkah aku. Mendengarmu
.
Terkubur dalam emosi. Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku. Merindukanmu
.
Terpuruk ku di sini. Terangi dia yang sepi
Dan ku tahu pasti. Kau menemani
.
Dalam hidupku. Kesendirianku
.
#reff
Teringat ku teringat. Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri. Kulakukan sepenuh hati
.
Peduli ku peduli. Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti. Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati. Sandaran hati.
.
Inikah yang kau mau. Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
.
Pegang erat tanganku. Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah. Tanpa hadirmu
.
Dalam gelapnya. Malam hariku
.
#reff
Teringat ku teringat. Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri. Kulakukan sepenuh hati
.
Peduli ku peduli. Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti. Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati. Sandaran hati.
.
.
.
@
lagu ini mengalun ketika kali pertama ku jumpa dirimu, Megu, 13 tahun lalu. bahkan lagu ini pun belum tercipta saat itu.
.
ku putar kembali lagu ini untuk mengenang kepergianmu, Megu, menuju dimensi lain di seberang sana, entah dimana.
.
jadi apapun Megu, jadi siapapun Megu, ku tak perduli lagi kini. kan selalu kukirim pesan lewat tulisan yang melayang di awang-awang. ku tahu pasti kau akan membacanya. walau ku yakin kau tak akan berkomentar ataupun mengklik icon itu.
.
sampai aku tak sanggup lagi menjadi apa-apa, tak bisa lagi bersuara. atau hingga kau keluar dari cermin itu, Megu.

My Wallet is Like an Onion. When I Open it, I Cry

always
.
.
empty
.
.
no soul there

Hidung Belalang