Dilema Relawan Jokowi
29 Jul 2014 | 14:38
Kemenangan Jokowi (setidaknya sampai tahap penetapan KPU) bukan tanpa bantuan banyak pihak. Menurut rmol.co (29 Juli 2014), setidaknya ada empat kelompok yang berada di belakangan Jokowi, yaitu kelompok nasionalis-simbolis, kelompok bisnis-oportunis, kelompok neolib, dan kelompok relawan. Silakan membaca lengkapnya di politik.rmol.co.
Dari keempat kelompok tersebut, maka yang paling tidak punya “kepentingan” adalah kelompok relawan, dari mulai projo, Jasmev, Bejo, dan relawan-relawan lain di pusat maupun di daerah. Dukungan relawan dipandang relatif lebih jernih dibandingkan dukungan kelompok-kelompok lainnya.
Dukungan relawan digerakkan oleh rasa cinta terhadap sosok Jokowi yang diyakini bisa membuat perubahan yang lebih baik. Oleh karena itu, mereka begitu percaya dengan setiap janji Jokowi, dan bahwa Jokowi berbeda dengan politisi Indonesia kebanyakan yang dianggap terlalu banyak bicara dan sedikit bekerja.
Di satu sisi ini merupakan hal baik, namun di sisi lain juga menjadi hal yang rawan. Bagaimana Jokowi ke depan menjadi pertaruhan bagi para relawan. Jika konsisten, maka relawan harus memastikan Jokowi benar-benar menjadi apa yang mereka bayangkan. Paling awal, relawan harus memastikan Jokowi membentuk kabinet pemerintahan yang sesuai dengan harapan mereka.
Jokowi harus dominan
Satu hal yang pasti relawan harus memastikan bahwa Jokowi menjadi dominan dalam penentuan kabinet (ya memang sudah hak prerogratifnya sebagai presiden terpilih). Kabinet bentukan Jokowi tak boleh disetir setidanya 3 kelompok pertama. Namun di sisi lain, harus fair bahwa relawan pun tidak menyetir Jokowi dalam menentukan kabinet.
Ini menjadi pertaruhan para relawan. Jika Jokowi menentukan kabinet sesuai dengan harapan mereka, maka dukungan relawan pun akan semakin all out. Namun demikian, jika sebaliknya Jokowi membentuk kabinet tak sesuai keinginan relawan, bukan tidak mungkin kekecewaan akan menyeruak dan lama-lama menjadi kebencian.
Relawan Jokowi juga mempunyai tanggung jawab moral untuk memastikan Jokowi ke depan sesuai dengan apa yang mereka perjuangkan. Dilematisnya mereka juga tak boleh menyetir Jokowi dalam menentukan kabinet (misalnya). Maka, kurang pas rasanya menurut saya jika belakangan muncul upaya relawan tertentu yang sepertinya mau menyetir Jokowi.
Megawati no, Jokowi yes
Jargon tersebut belakangan juga muncul ke permukaan dan ditiupkan oleh relawan tertentu. Lalu ada lagi berbagai relawan yang membuat kriteriatisasi siapa-siapa saja yang bisa menjadi anggota kabinet Jokowi. Bahkan, ada yang sudah menyusun kabinet Jokowi lengkap dengan nama-nama menteri.
Nampaknya itu semua merupakan upaya untuk memastikan Jokowi seperti harapan mereka. Namun di sisi lain, bukankah itu bisa dikatakan sebagai penyetiran juga? Inilah dilema yang saat ini dihadapi para relawan Jokowi.
Bagi saya sebenarnya, seharusnya relawan berdiri di belakangan kepentingan rakyat Indonesia seluruhnya. Maka, relawan tidak harus menyetir dan tidak merasa harus membela mati Jokowi. Dengan demikian, mereka tak akan merasa ini pertaruhan mereka saja, tapi pertaruhan seluruh rakyat Indonesia.
Ke depan, relawan harus mengkritik dan menagih setiap janji Jokowi yang sudah maupun yang belum terrealisasikan. Relawan juga harus menjadi benteng Jokowi agar kepentingan-kepentingan kelompok tertentu menjadi dominan. Untuk Indonesia hebat dan untuk rakyat Indonesia yang lebih makmur.
.
.