seperi biasa sepulang kerja aku singgah ke telaga yang tak jauh dari pabrik gula. telaga yang penuh pesona dan menyimpan banyak cerita.
(apa? telaga? heh, jangan ngelindur brooh. sejak kapan empang dibilang telaga. empang butek banyak lumutnya lagi)
bagiku itu tetap telaga yang mampu menghilangjan dahaga dan nafsu angkara.
(empang ya empang. bau bangkai dan limbah pabrik)
satu sensasi saat duduk di bibir telaga adalah mendengarkan simfoni dan orkestra dari para musisi kelas dunia.
(suara kodok ngorek itu brooh)
dan suara parau tanpa wujud, tanpa jiwa, tanpa cinta.
(bersambuuuuung........)