sepeda kukayuh makin cepat karena aku mulai memasuki kawasan pohon rindang di kiri kanan. dan kabutpun mulai turun menyelimuti Alas Roban.
bungkusan yang kubawa harus segera sampai ke ujung hutan. tepiannya adalah jurang yang dalam tak berdasar. apa yang jatuh ke sana tak akan bisa kembali lagi dengan utuh.
sepeda makin cepat kukayuh karena aku merasa ada jutaan mata mengawasiku. tapi tekadku sudah bulat untuk membuang bungkusan ini ke jurang.
sampai di sana ada seorang lelaki yang tampaknya sudah menunggu sejak sore tadi.
"serahkan bungkusan itu"
"tidak. hanya jurang tempat yang layak"
"biarkan aku merawatnya"
.
.
bungkusan itu akhirnya jatuh ke tangan Sangaji. tetapi aku menyeburkan diri ke jurang bersama sepedaku. biarlah bayiku dirawat Sangaji dan istrinya. tetapi aku akan terus mengawasinya di sini. di Alas Roban.
.
.
kring... kring.... begitulah bunyi sepedaku saat melayang di jurang.