Bapak setengah baya ini
begitu puas dengan pelayanan yang aku berikan, terlebih dengan bonus pijatan
lima menit andalanku. Matanya terkatup saat telapak dan jari-jari tanganku
mulai merayap di sekitar lehernya.
“Beberapa kali aku ke
sini atas rekomendasi mami Clara, sepertinya saya belum tahu nama kamu ya?”
“Lee”
Aku menjawab singkat
saja dan kuraih beberapa lembar uang dari bapak yang rambutnya mulai diselengi
warna putih di sana-sini. Selembar bonus diselipkan ke saku sambil senyum penuh
arti.
“Saya akan kembali ke
Jakarta. Mungkin dua tiga bulan lagi akan datang ke pulau eksotik ini lagi, dan
tempat ini yang akan saya tuju saat pertama kali mendarat di bandara”
Aku hanya tersenyum
kecil saja.
Setelah bapak itu pergi,
tiba-tiba mami Clara muncul sambil senyum-senyum menghampiriku. Kok aku ngga
tahu kalau mami Clara datang ke sini ya?
“Satu klien lagi ya,
Lee. Kamu tak akan bisa menolak yang satu ini. Buruan kamu bersih-bersih, 10
menit harus sudah siap”
Aku hanya tersenyum
kecil. Kemana mbak Memey yang jaga di depan sih, aku capek banget nih, belum
istirahat.
Tak lama masuk seorang
lelaki tinggi besar, kulitnya kecoklatan, wajahnya persegi, rambutnya hitam
tebal, dan melihat raut mukanya, mungkin seumuran denganku.
“Kamu Lee ya? Hmmm,
boleh juga”
Aku hanya tersenyum
kecil saja.
Dari logat bicaranya,
mungkin lelaki ini dari Sumatra, sedang liburan barangkali, atau sedang ada
tugas lapangan dari kantornya.
“Jaketnya dibuka, bang”
“Oh, ya”
“Biar saya yang menaruh
di gantungan”
“Terima kasih, Lee”
“Apa yang harus saya
lakukan, bang?”
“2 cm rata ya, kayak pemeran
utama di Prison Break itu loh”
Aku hanya tersenyum
kecil saja.