“Anak-anak
sekarang pelajaran fikih…” kata bu guru suatu pagi di kelas yang
murid-muridnya selalu bersemangat. “Ibu ingin mulai pelajaran ini dengan
pertanyaan. Kamu semua suka ikan laut?,” tanyanya dengan ramah.
“Suka bu…..,”
suara membahana menggetarkan gendang telinga. Ternyata semua menjawab
suka.
“Saya gak
bu…,” tiba-tiba kacong bersuara lain.
“ Ibu
bisa tahu alasannya cong…?,”
“Ibu tahu
orang sering bilang, “buang ke laut ajee….kan.
Nah…sejak istilah ini muncul saya jijik sama ikan laut. Bayangin bu…ikan laut
sekarang makan apa saja karena semua orang banyak membuang …(tidak
berani ia menyebutnya) ke laut.”
Ibu guru
mesem. Tapi temannya tak kuasa menahan tawa. “Cong…segitukah kamu nafsirin
ya….”
“Stop.Stop.
sekarang ibu tanya lagi, bisa nyebut kamu ikan laut apa yang paling kamu suka?”
“cumi
bu….asal cuma-cuma,” Ari menyambut pertanyaan ibu-ibu dengan senyum.
“Ikan paus …asal kecil kayak teri,” rahmah
tak mau kalah.
“Kalau saya udang bu….asal gak dibalik
batu…,”
yang lain menjawab.
“Tongkol bu…pas saya lagi sedih”
“Oke
cukup..cukup…semua ikan yang kamu sebut halal enggak?”
Kacong yang
tidak suka ikan laut tiba-tiba bersuara lagi, “Semua yang ada di laut HALAL
dimakan bu….. kecuali satu, KAPAL SELAM…..”