Mampang Prapatan. Kamis, 12 Januari 2011, di rembang senja yang baru saja disiram hujan bagai tercurah tumpah ruah dari atas langit yang muram kelam, Daniel masih setia berdiri terpaku di bibir jalan menunggu angkot yang lewat, sesekali mengecek ponselnya yang sedari tadi tak ada sinyal masuk, hanya kebiasaan saja sekali dua kali melirik ponselnya. Empat angkot lalu sudah menawarkan jasa baiknya, tapi Daniel senyum tipis sambil geleng sekali saja menolak tawaran sang sopir. Harap-harap cemas menyongsong angkot kelima. Dipejamkan matanya sedetik dua detik, berdoa penuh kesungguhan.
Tak seberapa lama terlihat juga angkot di kejauhan, tampaknya gadis itu ada di dalamnya. Gadis manis berseragam hitam-hitam yang kost di Buncit 5, baru pulang dari tempat kerjanya, sebuah stasiun TV terkenal. Naiklah Daniel ke angkot tersebut. Selang lima menit Daniel memberanikan diri menegurnya.
“Hai, gadis manis, kamu kok imut banget sih?”
“Ah, abang........... jangan ngerayu di angkot dong bang, pasti ada maunya ya. Abang juga keren, mirip Kaká”
“Oh, pemain sepakbola itu ya?”
“Bukan........... mirip kaká tua, hihihihi. Kalau aku sih biasa aja kok”
“Iya betul, sumpah, kamu tuh imut banget, kayak bidadari turun dari kayangan....... yaaah, kayak iklan minyak wangi yang di TV itulah. Ngomong-ngomong, sayapnya mana nih, diumpetin ya, bidadari kan punya sayap?”
“Emangnya aku ini pembalut kali ya, pake sayap-sayap segala. Dasar rayuan OVJ, basi banget seech...... Stop supir........ saya turun di sini........”
Dan Daniel pun menghabiskan sisa perjalanannya duduk sendiri di angkot yang full musik. Lamat-lamat terdengar lagu “menyambut janji” yang dinyanyikan oleh Letto. Ingin rasanya Daniel segera sampai di rumah kecilnya, menyalakan laptop, pasang modem, lalu online, berselancar mencari MP3 lagu yang barusan didengarnya. Lagu yang paling berkesan sepanjang malam ini sepertinya.