Malam itu, Jay baru saja keluar dari
Gramedia, menggondol “The Last Ember” sebuah novel karya Daniel
Levin. Di parkiran, sebuah Daihatsu Ceria berwarna putih telah menunggunya.
“Tak sabar rasanya untuk segera tiba di
rumah, nonton beberapa DVD sampai jam 11.00 lalu tidur dengan bisikan Daniel
Levin” gumam Jay dalam hatinya, sambil tetap mengawasi laju kendaraan nya.
Si-Ceria ini berjalan dengan cukup
gesitnya, beberapa antrian kendaraan bisa disalip dengan rapih. Melihat ada
ruang di depan yang dirasa cukup, tanpa pikir panjang Jay menyalip dua mobil di
depannya, sebuah Inova dan Landrover.
“Ssssst………plek” Jay bermanuver melalui dua
mobil itu dan berhenti tepat di belakang pantat sebuah Travelo Hitam.
-
“Hampir saja” kata Jay sambil memutar
steer berusaha untuk meluruskan body si-Ceria yang sedikit melintang ke kiri.
-
Mata Jay yang awas telah melihat –dari
arah berlawanan ada sebuah Colt Diesel menyebrangi perempatan dengan
kecepatan tinggi, –menuju ke arahnya.
-
Perhitungannya lumayan tepat, seandainya
dia melewati Travelo hitam tentu mobil mungil yang dikendarainya akan diiluluh
lantahkan oleh keperkasaan Colt Diesel yang menerjang dengan garang.
-
Baru saja Jay menarik rem tangan, dari
arah belakang terdengar suara yang keras sekali
“Ciiiiiittttttttt……..”
Suara berdecit ban disertai raungan mesin
karena si pengemudi menurunkan gear persnelingnya.
-
“Seperti suara motor yang menginjak rem
mendadak” kata Jay dalam hati sambil mencari asal suara.
-
Sekilas Jay melihat ada sebuah motor
Kawasaki Ninja yang dikendarai oleh dua orang, - -melaju begitu kencangnya.
Dan tepat dipinggir jendela mobilnya,
motor itu oleng ke kiri seperti kehilangan keseimbangan –hampir saja
menyerempet kaca spion mobil yang ditumpangi Jay.
-
Dari dalam mobil Jay berteriak
“Awassss……remmm……aaaaah”
namun sia-sia saja teriakan kerasnya itu.
-
“Braak…..swiiiiitttttttttt !!!”
nyaring sekali terdengar oleh telinga Jay
saat motor itu menubruk bagian belakang Travelo Hitam itu dan kemudian secara
pasti menyayat badan sampingnya —memanjang dari belakang menuju depan.
-
“Wuaaalahhhh…..!!!”
Jay berteriak…keras sekali, dia sangat
kaget ketika dari arah depan tiba-tiba muncul kepala Colt Diesel yang tadi dia
hindari.
Colt Diesel itu sudah sangat tidak
terkendali, seperti kesetanan saja.
-
“Braaak!!!” dentuman keras saat Colt
Diesel itu menghantam trotoar jalan.
-
Begitu cepatnya kejadian itu, hanya dalam
waktu sepersekian detik saja, dan itu membuat Jay –terkesima, dia hanya
diam mematung.
Dengan mata kepalanya sendiri, dia baru
saja menyaksikan sebuah kecelakaan naas yang sudah tidak bisa dihindari
lagi….baru saja.
-
Seberkas cahaya dari mobil di belakangnya
seperti mengembalikan seluruh puncak kesadaran Jay.
Dengan cekatan tangan kirinya langsung
meraih sebuah tas kecil yang di simpan di jok belakang.
Tangan kanan nya merogoh kedalam, dan
menarik kasar sebuah kamera SLR sedangkan tangan kirinya mengalungkan tali dari
tasnya,
Sebuah gerakan akrobatik dengan
ketangkasan dan kecepatan yang sangat luar biasa.
Saat Jay akan membuka pintu mobil, dari
lubang AC menyeruak harum melati.
Begitu harumnya seolah menusuk hidungnya.
Serta merta Jay menghambur keluar dari mobil yang ditumpanginya. Wajahnya
begitu keheranan.
“Apa pengharum mobilku ini beraroma
melati?”
tanya Jay pada dirinya sendiri sambil
tangan nya memegang-megang hidung mencoba untuk menetralisir..
“….bukan… pengharum itu beraroma jeruk”
Jay coba mengingat kembali, dan dia sangat
yakin sekali, sekarang dia ingat - - -baru minggu lalu dia menggantinya.
-
“Ah sudahlah…mungkin itu hanya perasaan
saja”
sanggah Jay, setelah dia tidak juga
menemukan kemungkinan penyebab aroma yang tiba-tiba berubah.
-
“arrrggh….!”
Sebuah erangan lemah terdengar dari arah
depan.
Jay mencari sumber suara itu, tapi
dia tidak mendengarnya lagi.
Tanpa banyak cakap lagi, segera Jay
mempersiapkan kameranya, penglihatannya sekarang telah berpindah pada lensa
kamera.
Dari balik lensa kameranya, Jay mulai
mengatur komposisi, semua objek yang ada di depannya secara imaginer seolah
membentuk segitiga sama sisi.
Di kedua sisi itu, Travelo Hitam dan Colt
Diesel, dan pada titik setimbangnya, Jay melihat dua sosok manusia -
-tergeletak lemah, melintang tegak lurus dengan posisi berdirinya saat ini.
Kaki dari sosok yang mengenakan Jaket
merah itu –seperti masuk kebawah Travelo sedangkan kepalanya –yang masih
mengenakan helm– berimpit dengan pinggiran ban Colt Diesel.
Sosok satunya yang lebih kecil, dia
mengenakan Sweater Putih. dan sepertinya dia adalah seorang wanita.
Kepala wanita itu –masih mengenakan helm,
tepat menempel di dada sosok pertama. Tubuhnya sedikit tengkurap, tampak kaki
kanannya agak menyamping, –sedikit tidak normal, sepertinya kaki itu patah.
“Cekssssd”
suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan
tragis itu.
-
Tanpa berpindah tempat, Jay memutar lensa
kameranya, –zoom 80mm–
“Apa itu….”
suara Jay terdengar mengambang, sambil
menurunkan kamera dari depan wajahnya.
Barusan saja dari ujung mata kirinya dia
seperti melihat sebuah kelebatan disebelah kedua sosok yang tergeletak itu.
Tapi tak ada apa-apa.
……
Kembali Jay membidikan kameranya, matanya
terbelalak melihat darah yang mulai menggenangi aspal di bawah kepala si-Jaket
Merah.
“Apakah kepala itu pecah…..?” tanya Jay
dalam hati.
Setelah dirasakan benar-benar fokus, Jay
kemudian menekan tombol pelepas rana nya.
“Cekssssd”
Suara kamera Jay, mengabadikan pemandangan
tragis itu kembali.
-
Dari sudut mata kirinya yang tidak
terhalang kamera, —kembali …Jay merasa melihat seseorang tengah berdiri di
samping kedua sosok yang tergeletak itu.
Jay segera menurunkan kameranya untuk
memastikan pandangan nya tadi.
“Tidak ada apa-apa….” gumamnya dalam hati
denganl tidak melepaskan pandangan nya ke arah depan.
-
Memang bulu kuduknya sedari tadi sudah
berdiri, tapi dia lebih mempercayai pandangan matanya sendiri.
Sedikit penasaran….Jay mendekatkan body
belakang kameranya. Dia ingin lebih memastikan dengan melihat preview gambar
pada display kameranya.
Hidung Jay kembang kempis seperti membaui
sesuatu.
“Wangi apa ini…”
tanyanya dalam hati, jempol tangan nya
masih menekan-nekan tombol navigasi untuk mencari gambar yang barusan di
bidiknya.
Tangan kiri nya bergerak membekap
hidungnya, dia merasa wangi itu semakin menusuk hidung saja,
“…seperti wangi bunga melati”
gumam Jay dalam hati, seolah dia tidak
terlalu yakin.
-
Akhirnya gambar yang dia cari –muncul di
display, setelah menekan tombol satu kali, tampilan pada display berubah dari
indeks menjadi gambar, perlahan dia memperbesar gambar itu, sambil menggerakan
gambar ke atas, ke kiri, seolah mencari sesuatu, kameranya semakin dia dekatkan
supaya gambar itu menjadi lebih jelas.
“woaaa….!” suaranya tercekat, tangan
kanannya tiba-tiba melepaskan genggaman pada kamera –saking kagetnya. Kalau
saja tali kamera itu tidak melingkar di lehernya, pasti kamera itu sudah jatuh
membentur aspal.
-
Dia tidak menyangka sedikitpun akan apa
yang barusan dilihatnya.
Bulu kuduknya semakin berdiri saja,
nafasnya semakin tidak teratur, denyut jantungnya semakin cepat.
Jay berdiri diam, mematung dengan
pandangan kosong ke arah dua sosok manusia yang tergeletak di aspal. Beberapa
kali kedua sosok itu bergetar-getar menggelepar, tengah meregang nyawa.
Tidak ada sosok yang lainnya.
Tapi dalam display kameranya tadi, Jay
melihat ada sosok lain. Seorang wanita berkebaya putih, berdiri menyamping di
sebelah dua korban kecelakaan itu.
Rambutnya panjang sepinggang dengan hiasan
bunga melati yang menyerupai sebuah mahkota. Begitu jelas dia lihat dalam
display dengan pembesaran gambar maksimum.
-
Belum hilang perasaan kagetnya itu,
tiba-tiba Jay merasakan sentuhan pelan di pundak nya, dari sudut matanya dia
melihat ada sebuah telapak tangan yang menekan bahunya.
Mata Jay semakin terbelalak, mulutnya
mengatup rapat, sudah tak bisa apa-apa lagi, semuanya mati rasa, keringat
dingin mengalir dengan derasnya.
“Ke..na…pa …..Mas?”
sebuah suara laki-laki yang sangat pelan
seolah bertanya padanya.
Jay semakin mati rasa, denyut jantung nya
semakin tidak terasa, dan semuanya menjadi semakin tidak menentu….tiba-tiba
gelap –Jay jatuh pingsan karena ketakutan yang sangat.
-
Dia tidak menyadari, bahwa yang bertanya
tadi adalah seorang Bapak yang juga telah menangkap dirinya sebelum jatuh
tersungkur ke aspal.
“Mas ini kenapa, ditanya kok malah
pingsan” gumam Bapak itu yang dalam hati keheranan, sambil menyeret tubuh Jay
ke pinggir jalan.
Dari arah berlawanan beberapa pemuda
menyongsong Bapak ini dan turut memapah tubuh Jay yang tidak sadarkan diri.
Jay dibaringkan di teras sebuah rumah,
beberapa menit kemudian dia pun akhirnya siuman.
Bapak tadi menyodorkan segelas air untuk
diminum Jay.
Setelah meminum air itu Jay kemudian
didudukan.
“Gimana Mas….udah agak mendingan” tanya
si-Bapak pada Jay dengan lembutnya.
“I…ya..a….Pak…” jawab Jay dengan sedikit
tergagap.
Pandangan mata Jay menuju ke seberang
jalan, dia melihat sebuah mobil ambulance baru saja datang.
“Kalau Mas, melihat hal aneh ….seperti
wanita berkebaya putih…Mas jangan khawatir….itu penjaga disini” kata si-Bapak
menjelaskan sesuatu pada Jay.
“Nyai Melati…tidak mengganggu” kata
si-Bapak menambahkan perkataan sebelumnya.
-
Saat mendengar nama itu disebutkan, bulu
kuduk Jay kembali berdiri, dia baru teringat akan apa yang baru saja
dialaminya.
Jay cuma menganggukan kepala merespon
penjelasan si-Bapak tadi.
-
Tiba-tiba handphone di saku celana nya
bergetar beberapa kali. Sepertinya ada sms yang masuk.
Dengan tangan kanannya Jay merogoh sakunya
untuk mengambil handphone.
“Sebentar…Pak…Maaf” kata Jay pada si-Bapak
bermaksud untuk menyela pembicaraan.
“Iya…Mas …..silahkan” kata si-Bapak dengan
tidak keberatan.
Jay membuka handphone nya untuk membaca
sms yang masuk itu.
Ada sms yang masuk, tapi tidak ada nomor
pengirimnya, blank begitu saja.
Kemudian Jay membuka sms itu –
Dan isinya sangat mengejutkan –membuat
bulu kuduknya kembali berdiri.
“Kami sudah tenang sekarang, mohon Kami
jangan diusik” isi pesan singkat yang dibaca Jay.
Jay seperti orang linglung saja usai
membaca sms itu.
Bapak itu sepertinya mengetahui ada
gelagat yang tidak baik.
“Ada apa lagi Mas….kok sepertinya ada
sesuatu” tanya si-Bapak pada Jay penuh perhatian.
“Anu…Pak…anu…ini ada sms” jawab Jay,
sambil tangan nya menyodorkan handphone nya pada si-Bapak.
Bapak itu kemudian membaca pesan yang
tertera di handphone Jay.
Usai membacanya, Bapak itu langsung
berdiri dan melangkah ke seberang jalan. Dia seperti sedang berbicara dengan
seseorang, tapi Jay tidak melihat ada siapa-siapa disana.
Beberapa saat kemudian Bapak itu kembali
menghampiri Jay.
“Gini Mas…sepertinya ada yang terusik,
tadi maksud Mas disana itu untuk apa?” kata Bapak itu, berusaha menjelaskan
sesuatu pada Jay.
“Tadi saya melihat kecelakaan, lalu keluar
untuk memotretnya…singkatnya begitu Pak” kata Jay menguraikan keberadaan nya
tadi disana.
“Oh..begitu…Gini aja Mas…mumpung masih ada
waktu…sebaiknya Mas membuang saja gambar itu…tidak ada manfaatnya untuk
Mas….kalau tidak….sesuatu yang buruk bisa saja terjadi pada diri Mas” kata
Bapak itu dengan tegas.
“Waduh…!” kata Jay dengan paniknya. Dia
kemudian meraih kamera yang tergeletak disampingnya. Dan tanpa pikir panjang
lagi dia langsung membuka menu, pilih format, ok. Semua file gambar yang
tersimpan di memory kameranya –hilang sudah.
- -
“Sudah saya buang semuanya Pak” kata Jay
pada Bapak itu.
Kemudian Bapak itu menyodorkan segelas air
putih pada Jay.
“Ini …Mas….tolong diminum….tapi harus satu
kali tegukan yah Mas!” kata Bapak itu menegaskan.
Jay pun segera menerima gelas itu,
kemudian meneguknya langsung dengan satu kali tegukan. Wangi melati kembali
tercium oleh Jay, wajahnya menunjukan kepanikan.
“Ndak apa-apa Mas….Nyai …..Penjaga di
sini” kata Bapak itu seolah memahami yang sedang terjadi pada Jay.
Jay cuma terduduk diam, tidak banyak
bicara.
-
Dari arah jalan datang seorang polisi, dia
mencari pemilik mobil Daihatsu Ceria.
“Oh itu…punya saya Pak” kata Jay pada
polisi yang baru datang. Jay pun segera mohon pamit pada Bapak itu, serta yang
lainnya. Dengan mengucapkan banyak terima kasih, saat menjabat tangan mereka
satu per-satu.
Jay melangkah beriringan dengan polisi
tadi.
Saat melintasi lokasi kecelakaan, bulu
kuduk Jay kembali berdiri, untung saja saat polisi itu mengantarnya sampai
masuk ke dalam mobil.
Jay sudah duduk di belakang kemudi, mesin
mobilnya masih menyala, seperti saat dia tinggalkan tadi. “sreeek…!” suara
rem tangan yang di lepaskan Jay.
Saat dia melewati persimpangan, wangi
melati kembali menyeruak seolah mengucapkan selamat jalan. Walau bulu kuduknya
ikut berdiri, tapi Jay sudah sedikit terbiasa sekarang, sehingga dia tidak
begitu panik.
-
Tiba-tiba handphone di saku celananya
kembali bergetar, sebuah sms baru saja diterima handphone nya.
Suasana dalam mobil kembali mencekam.
Degup jantung Jay seolah mengalahkan suara music yang dia putar
keras-keras. “Buka…jangan….buka….jangan” kata Jay dalam hati,
penuh dengan keragu-raguan.
Jalanan begitu sepinya, padahal hari belum
terlalu malam. Dengan tangan bergetar, Jay merogoh ke dalam saku celana nya.
Kemudian dia membuka handphone nya, dan benar ada satu sms masuk. Nafasnya
semakin tidak teratur, kecepatan mobilnya pun semakin melambat, dengan
memberanikan diri akhirnya dia membuka sms itu. Seperti yang dia takutkan….sms
dengan tanpa nomer pengirim, blank begitu saja.
Kemudian Jay membaca isi pesan—-
——pesan yang sangat singkat
“Titi Dj, trims”
hanya itu,
tidak ada yang lainnya lagi.
*****