"kamu ramah banget di setiap komentar treat apa aja ya"
"masa sih? biasa aja kok"
"bahasanya bagus. artikelnya menarik. kayaknya masih aktif di tv ya? atau media online?"
"bukan apa-apa kok. cuma iseng"
"ketemuan di Gramed Matraman yuk?"
"gak bisa"
"atau whatapps ajah"
"males ah"
"ya udah"
mbah surip mematikan laptopnya lalu tidur. dan entah nun jauh di sana di tempat antah berantah, mbah larso masih menatap tabletnya. lalu laptopnya. lalu PC-nya. lalu smartphonenya. begitu seterusnya hingga pagi menjelang. empat layar PC masih menyala pagi itu.
dan mbah surip pagi itu sudah diletakkan di atas meja lebar beralaskan tikar pandan. handai taulan sebagian sudah datang. mbah surip sudah siap dimandikan dengan air dingin dan bunga tujuh rupa.
mega tak mengerti mengapa mbah surip memberi banyak alamat email dan passwordnya untuk membuka beberapa akun. warisan yang aneh.