Saya ingat, pernah dulu teman sekantor saya memprint cara-cara bunuh diri dari internet. Aduh, ketika itu kami yang kebetulan menemukan kertas print nya, langsung kepo ada apa sih dengan dia. Apa baru putus cinta, atau lagi ada masalah di rumah. Secara gaul di kantor, dia emang agak tertutup. Tetapi dia cukup pinter, lumayan tampangnya, tetapi kalau dari 'gosip' teman di kantor sih emang dia rada aneh. Saya juga gak gitu kenal, la wong ketika itu baru masuk, eh gak berapa lama kemudian dianya malah pindah.
Yang melegakan beberapa tahun kemudian, dia sempat datang ke kantor. Dan dengan bangga melihatin foto istri dan anak-anaknya. Yah, syukur deh, sepertinya dia menemukan cewe yang tepat, hehee, sehingga bisa mengisi jiwanya yang sebelumnya galau beliau...kali yee...:D
Pengisi jiwa. Setiap manusia memang membutuhkan pengisi jiwa ini. Jadi inget pernah baca seorang artis, Angelina Jolie yang berkali-kali mencoba bunuh diri tetapi gagal. Ketika main di suatu film, dia menyaksikan anak-anak Afrika yang begitu mengenaskan, kurus kering, nyaris wafat, tetapi sudah dikerubungi burung pemakan bangkai. Mungkin itu titik balik bagi dia, jadi mengangkat anak-anak kurang beruntung tersebut dan berkiprah di PBB urusan pengungsi dan menentang perang.
Memang, manusia membutuhkan pengisi jiwa, yang menghidupkan hati, dan membuat semangat dalam menjalani hari-hari ini dan masa depan. Sesuatu yang kita nikmati dan syukuri hari ini. Kalau resepnya kan cuman 4, walau penerapannya bisa susseh sekali. Itu tuh, syukur, sabar, ikhlas, tawakkal (pasrah, tp konotosinya lebih 'kuat').
Tetapi pengisi jiwa itu tentu tidak datang begitu saja. Ada beberapa hal yang bisa membuat manusia begitu hidup dan bermakna, misalnya:
1. Melakukan kegiatan sosial. Juga hal-hal yang bersifat kerelawanan. Sekarang ini, banyak profesional yang walaupun kerja sampai malam, tetapi tetap menyempatkan diri melakukan kegiatan sosial. Urusan finansial sudah kelar, insya Allah sudah mapan, dan untuk melengkapi kemanusiaannya, ya bantu-bantu aja manusia lain. Sesuatu yang sederhana, tetapi berarti. Misalnya, yang jago bahasa asing, ada yang kerjanya menerjemahkan buku cerita anak ke dalam bahasa Indonesia untuk sebuah lembaga yatim piatu.
Ada juga yang menyempatkan diri mengajar sekolah pinggiran, walaupun seminggu sekali. Jadi inget seseorang yang dulu kerja di perusahaan minyak asing di Kalimantan, tetapi pas Sabtu ngajar sekolah pinggiran/dhuafa. Pernah dia bawa teman bulenya kesini. Ampiun dah, ngajarnya bubrah, hehee. Pada heboh dan jadi ngajak foto foto doank. Kapok deh dia....:D. Padahal maksudnya biar teman bulenya itu ikutan ngajar bahasa Inggris.
Atau bikin sendiri rumah singgah, perpustkaan. Menyenangkan loh, melihat mata binar anak-anak yang antusias membaca. Selain menghidupkan hati, kegiatan sosial ini didalam agama juga bisa disebut sebagai amal jariah dan ilmu bermanfaat, yang bahkan pahalanya tetap mengalir walau yang melakukan sudah wafat.
2. Melakukan hal-hal yang menyenangkan terkait hobi, misalnya berkebun, jalan-jalan, membaca, fotografi dan seterusnya. Ketika di Kairo, saya ketemu orang-orang asing yang jalan-jalan aja sendiri kemana-mana. Ada yang sudah sampai ke ujung Amerika Latin, tetapi yah sorangan wae. Seorang cewe jepang cerita, dia memang sengaja nabung dulu beberapa tahun, setelah itu yah dihabiskan aja untuk jalan-jalan. Uang gak dibawa mati, jadi nikmatilah...:D
3. Ikutan terlibat didalam komunitas-komunitas masyarakat. Di Indonesia, buanyak banget komunitas, mulai dari komunitas bersepeda, berkebun, fotografi, yang suka travel, yang suka kuliner, membaca, pecinta lingkungan, pecinta gunung, alam dstnya...ampiun dah saking banyaknya. Biasanya komunitas ini suka saling berbagi, dan bikin acara-acara yang menarik bagi anggotanya. Berinteraksi sosial seperti ini menyenangkan, dan bisa mengurangi pikiran yang 'kemana-mana' jika hanya dipikirin sendiri
4. Ikut kelompok-kelompok pengajian/keagamaan. Biasanya dengan ikut pengajian gini, hati juga menjadi lebih tenang, ada teman berbagi dan bertukar pikiran. Kelompok pengajian ini juga biasanya aktif melakukan kegiatan sosial. Saya bersyukur ibuku dan ibu mertua, mengisi waktu luang dan masa tuanya dengan aktif melakukan pengajian. Jadi, tetap mempunyai jaringan teman-teman yang suka berbagi dan saling mengingatkan, selain hati semakin tenang.
Ehmm, apalagi ya? Yang jelas, hidup manusia itu memang unik dan kompleks sekali. Manusia makhluk yang bebas, mandiri, dan sangat kuat, jika dia emang mau bikin dirinya kuat. Tetapi bisa juga sangat rapuh, jika terlalu mengasihani diri sendiri tanpa melihat jendela dunia manusia lain yang beragam.