Banyak warga kota Jakarta yang bekerja sebagai tukang. Baik itu tukang bangunan, tukang batu, tukang besi, tukang kayu, tukang ledeng, dan beragam jenis tukang lain yang memerlukan keahlian khusus.
Sayangnya, ribuan masyarakat yang berprofesi sebagai tukang itu kerap disepelekan dan mendapat bayaran rendah dari pengguna jasa.
"Ribuan masyarakat yang berprofesi sebagai tukang mendapat bayaran sangat rendah karena tidak memiliki keterampilan yang spesifik. Akibatnya, kesejahteraan mereka juga biasa saja karena dibayar murah. Ini harus dikelola," ujar Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu (30/7).
Tak hanya itu, lanjutnya, tukang-tukang itu juga kerap mengabaikan keselamatan kerja. Sebagai contoh adalah tukang bangunan yang kerap bekerja dengan sendal jepit, baju compang-camping dan tanpa pelindung kepala.
Menurut Saefullah, profesi tukang pun harus bermartabat. Ia akan mengimbau Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta menyediakan pelatihan bagi tukang-tukang tersebut. Dengan demikian, tukang yang memiliki keterampilan dan kelengkapan kerja yang berstandar akan mendapat apresiasi dan bayaran tinggi dari pengguna jasa mereka.
"Selesai pelatihan satu bulan mereka dapat sertifikat dan lebih bermartabat dengan peralatan dan keselamatan kerja. Tidak pakai baju compang-camping, sendal jepit," katanya.
"Kalau begitu kan orang akan bayar dia dengan layak. Tapi juga harus punya keterampilan tinggi. Standar itu harus kita bangun dari sekarang," tambah Saefullah.