.
.
.
.
.
Seorang gadis berambut hitam lebat panjang terurai
.
duduk menghadap ke luar di bibir jendela.
.
.
Kakinya tergantung tanpa alas.
.
Hanya dengan menatapnya, aku dapat merasakan kepedihannya.
.
Perasaan sedih yang teramat dalam hingga menusuk rusuk ketiga.
.
.
.
Ia tidak memalingkan wajah pucatnya.
.
Saat kutengok jam di ponsel, di situ tertera 02.31.
.
.
Udara masih dingin, tapi kuputuskan untuk keluar kamar mencuci tangan dan mukaku.
.
.
Saat aku kembali ke kamar, ia telah pergi.
.
.
Masih teringat bawahan putihnya yang menjuntai tanpa menyentuh lantai.
.
Mungkin ia hanya mampir untuk membagi kesepiannya.
.
.
.
Ya, sepi memang selalu menyakitkan.
.
Terutama jika engkau rindu, tapi tak ada seorang pun yang dapat dirindukan.
.
.
.
.
dan aku penyuka sepi yang dingin.
.
dalam kamar tanpa cahaya, tanpa suara.
.
.
.
"Kenapa kamar di ujung itu selalu gelap?"
"Ibu kost selalu menyalakan lampu kamar kosong itu, tapi selalu saja lampu itu mati ketika pintu ditutup kembali"
.
aku lihat dua anak kost di ruang tengah itu.
.
dan......
.
klik.
.
"HWAAAA......"
.
aku tersenyum melihat dua anak kost yang berlari masuk ke kamarnya.
.
dan gadis berambut panjang itu muncul di bibir jendela.
.
tersenyum.
.
setelah puluhan tahun tinggal di sini, dia pun tersenyum lalu terbang bersama alunan kitab suci yang terdengar sayup-sayup dari toa masjid di ujung jalan.
.
.
.
.
.