Telah meninggal dengan tenang pada hari Minggu 4 Mei 2014 pukul 15.30 WIB, suami, ayah, dan capres kami tercinta satu-satunya. Itulah kalimat yang tertera dalam gambar yang disebar lewat Twitter dan Facebook. Dalam gambar tersebut tercantum nama Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang meninggal dalam usia 53 tahun. Jokowi, capres PDIP-NasDem itu telah dinyatakan meninggal dunia.
Syukur alhamdulillah jika memang Jokowi benar-benar sudah wafat. Orang yang meninggal biasanya dikatakan sebagai “telah berpulang”, “telah selamat”, atau yang lainnya.
Meninggal atau wafat pada hakekatnya adalah lepasnya roh dari raga. Raga adalah wujud kasar ciptaan Allah yang fana. Sedang roh diciptaan Allah dalam bentuk ghaib yang tidak tampak.
Raga disimbolkan sebagai cangkang atau penjara bagi roh. Karenanya lepasnya roh dari cangkang disebut juga sebagai “selamat”. Dengan lepasnya roh dari raga, maka nafsu-nafsu keduniaan pun seketika sirna. Roh tidak lagi dikangkangi oleh nafsu-nafsu kotor seperti korup, syahwat, bohong, dan lain sebaginya.
Dengan telah meninggal dunianya, Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong, tidak mungkin lagi menerima suap seperti yang dilakukan oleh kader terbaik PKS Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq yang kini diimani oleh alit partainya sebagai gambaran Nabi Yusuf. Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong pun tidak mungkin lagi mengumbar nafsu syahwat kebinatangannya sebagaimana pengepul dana terbaik PKS Ustadz Ahmad Fathanah yang perzinahan di hotel-hotel berbintang limanya dicukongi sendiri oleh Presiden PKS waktu itu Ustadz Luthfi Hasa Ishaaq. Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong pun tidak mungkin lagi bisa berbohong atau membodohi orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh kader terbaik PKS Ustadz Hidayat Nurwahid yang membodohi publik dengan menyatakan kasus suap yang melibatkan para qiyadah PKS sebagai konspirasi zionis.
Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang sudah wafat ini pun tidak mungkin lagi melakukan penculikan, pembunuhan, dan tindak pelanggaran HAM berat lainnya seperti yang ditudingkan pada Prabowo Subianto. Bahkan, untuk sekedar melampiaskan kemarahannya dengan melempar handphon atau melepaska tembakan pun tidak lagi sanggup.
Roh Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong yang sudah lepas dari raga fananya kini hanya mengikuti garis (konstitusi) yang sudah ditentukan Penciptanya. 'Inna lillahi Wa Innailaihi Rojiun' (dari Allah kita berasal dan akan kembali ke Allah), kalimat ini diucapkan kepada siapa pun dan kepada apapun, tidak membedakan agamanya, status sosialnya, bahkan bila kita kehilangan kunci pun kalimat itulah yang diucapkan. Karena kita menyakini segala sesuatu di alam semesta ini baik yang nyata maupun yang ghaib adalah milik Allah dan yang kita miliki pun adalah titipannya. Dan, roh Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong kini tengah kembali kepada Penciptanya, Yang Maha Maha Sempurna. Artinya, Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong tengah menuju kesempurnaan-Nya.
Selamat berpulang Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong, capres kami tercinta satu-satunya. Insya Allah Ir Herbertus Joko Widodo atau Oey Hong Liong menemukan “kesempurnaan” yang kami rindukan.