kereta ke Depok kosong saja. hanya ada penumpang beberapa. yah, wajar saja bathinku, ini libur panjang. banyak yang pulang ke kampung halaman atau pesiar.
dan seperti biasa setiap malam sabtu menjelang stasiun Pondok Cina akan muncul secara tiba-tiba gadis mungil memegang jam wekker. puluhan tahun muncul, badannya segitu saja, jam wekkernya pun mati juga, mati seperti jiwa raganya. gadis itu tak bisa pulang dengan damai. ada urusan tertinggal di dalam kereta.
jika saja aku punya kuasa, kugenapkan urusan untuknya. tapi apalah aku ini yang mungkin tak lebih untung dari gadis mungil dan jam wekkernya yang mati saja.
aku duduk dan bernapas di dalam kereta. mengobrol dengan penumpang yang ada. menikmati tahu goreng yang dijual di atad kereta tapi sesungguhnya aku sudah mati puluhan tahun lamanya. hidupku hampa. jiwaku kering merana. kulihat gadis mungil itu dan jam wekkernya. ajak aku pergi ke duniamu. tapi gadis itu tak mau.
aku sudah dikutuk bahkan bagi gadis kecil dan jam wekkernya.