.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Baca
Banyak sekali sahabat yang selalu
ngompori dan mempertanyakan kenapa saya tidak membukukan semua tulisan saya
yang telah tersebar kemana-mana. Mereka selalu menyatakan bahwa saya sudah
layak disebut penulis, tetapi saya selalu menjawab dengan santun bahwa
cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi pembaca yang baik, bukan sebagai
seorang penulis.
Saya selalu ingat dengan “Iqra”,
dimana kewajiban kita sebagai manusia sebenarnya diminta membaca dengan baik
Ayatullah yang tersebar di jagad raya ini. Bahkan seorang Muhammad-pun oleh
Allah SWT di wajibkan untuk melakukan “Iqra”, bukan menulis.
Bagaimana mungkin saya beranikan
diri untuk mentasbihkan diri saya ini sebagai penulis sementara seorang nabi
besar sekelas Muhammad SAW hanya diwajibkan sebagai pembaca. Ada beban
tersendiri dari dalam diri saya ini ketika terlalu berani menyebut diri sebagai
penulis.
Terlepas dari banyak tulisan yang
tersebar, sebenarnya itu hanyalah sebagai salah satu bentuk dokumentasi saya
atas segala rekaman peristiwa, isi hati atau mungkin sedikit ulasan terhadap
segala fenomena yang pernah saya amati. Saya bukanlah bertindak sebagai
penulis, tetapi lebih tepat sebagai dokumentator atas segala impuls otak saya
ketika membaca fenomena tertentu menurut pemahaman saya.
Jadi, saya bukanlah penulis, tetapi
sekedar berusaha membaca dan meresapi maknanya dengan baik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pengantar
Doketisme
merupakan salah satu bida’ah tentang Yesus Kristus. Bida’ah ini berkembang pada
abad pertama gereja. Tidak banyak sumber, yang secara mendalam, mengupas
bida’ah ini secara khusus. Bida’ah ini lebih merupakan suatu kecenderungan
daripada suatu doktrin yang utuh yang menyertakan pula rumusan-rumusan ajaran
yang padat berisi.
Tokoh
Saat
ini, amat sulit untuk mengetahui kira-kira siapa tokoh utama pencetus atau
pelopor dari bida’ah ini. Hal ini kembali dapat dijelaskan karena bidaah ini
bukanlah suatu ajaran yang terstruktur namun lebih pada sebuah kecenderungan.
Dalam tulisan inipun keingintahuan akan siapa yang menjadi pencetus awal
bida’ah ini tetaplah tak terjawab.
Isi
Bida’ah
Doketisme
berasal dari kata Yunani dokein, dalam bahasa Inggris to
appear yang berarti
melihat, tampak. Bida’ah
ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus tampaknya atau kelihatannya saja sebagai
manusia. Atau dengan kata lain, putra Allah hanyalah seolah-olah saja seperti
manusia.
Para
Doketis berkeyakinan bahwa seorang penebus ilahi (yang berasal dari Allah)
tidak dapat menderita. Ketika ide doketik ini mulai meresap dalam kelompok
kristiani, satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana dengan Yesus yang wafat
di salib. Para Doketis praktisnya merujuk pada injil Markus yang sudah ada pada waktu itu.
Walaupun Markus tidak pernah bermaksud agar tulisannya tentang kisah pelayanan
dan penyaliban Yesus disalahmengertikan namun pendeknya dari kisah yang dia
tulis membuka kesempatan bagi interpretasi yang salah dari para Doketis.
Markus
memulai injilnya dengan kisah pewartaan Yohanes pembaptis sebagai persiapan
bagi kedatangan Yesus. Dalam peristiwa selanjutnya, Yesus dipermandikan Yohanes
Pembaptis.
Peristiwa
turunnya Roh Kudus atas Yesus ketika dibaptis di sungai Yordan juga merupakan
hal penting yang menjadi dasar pertimbangan para Doketis. Roh kudus itulah yang
menyertai Yesus dalam karya pelayanannya. Roh itu pulalah yang memampukan Dia
dalam melakukan ha-hal yang besar. Para doketis juga berpendapat bahwa selama
penderitaan di salib, Roh Kristus itu meninggalkan tubuh manusiawi Yesus dan
kembali ke kepenuhan. Di
sini dapat dilihat sekali lagi bagaimana intrepretasi yang salah itu akan
mereduksi inkarnasi menjadi kehadiran temporal.
Dalam
beberapa bentuk, Doketisme berkeyakinan bahwa Yesus Kristus melepaskan diri
(baca: melarikan diri) dari kematian yang memalukan, misalnya menukar tempat
kematian dengan Yudas Iskariot atau Simon dari Kirene, pada saat-saat terakhir
sebelum drama penyaliban.
Sebenarnya
dalam Injil pun sudah muncul tulisan-tulisan peringatan terhadap kecendrungan
Doketisme, misalnya I Yohanes 4:1-3: “saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari
Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh
, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh
antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan
sekarang ini ia sudah di dalam dunia.” Teks dapat dijadikan salah satu petunjuk
bahwa Doketisme ini bahkan sudah ada sejak jaman para rasul.
Tokoh
Pembela Ajaran Gereja
Ada
beberapa tokoh dalam gereja yang menentang bida’ah ini. Diantaranya yang
terkenal adalah Ignatius dari Antiokhia. Uskup Antiokhia ini menentang dengan
tegas bida’ah ini. Hal ini nampak dalam tulisan-tulisannya. Salah satunya
adalah bahwa dalam perjalanannya -sebagai tawanan- menuju Roma, ia dengan
semangat banyak menulis surat kepada gereja-gereja di Efesus, Magnesia,
Tralles, Roma, Philadelphia , dan Smyirna. Tulisannya berisikan pergulatannya
menentang Doketisme di Antiokhia.
Kesimpulan
Doketisme
adalah suatu bida’ah yang muncul pada abad pertama gereja yang mengajarkan
bahwa Yesus kristus hanya kelihatannya atau tampaknya saja sebagai manusia.
Kita dapat merumuskan kecendrungan itu dengan menyatakan bahwa bagi mereka
kemanusiaan (humanitas) dan penderitaan (passio) yang dimiliki dan dialami oleh
Yesus Kristus ketika Ia masih hidup di dunia ini hanya sebagai tampaknya dan
tidak pertama-tama sebagai kenyataan yang sesungguhnya terjadi demikian.