Hutang Amerika Serikat
Hutang yang dimiliki Amerika Serikat saat ini sudah mencapai 14,3 triliun dollar AS, dan ini cukup membuat Presiden Barack Obama pusing tujuh keliling dan agak sulit mencari solusinya.
Bayangkan saja, ternyata utang itu sudah setara dengan 100% dari produksi domestik bruto (PDB) Amerika Serikat selama setahun. PDB setara dengan pendapatan. Ini artinya, jika Amerika Serikat ingin melunasi utang itu dalam setahun, maka warga Amerika Serikat harus berpuasa selama setahun agar hutangnya lunas. Kalau tak ingin puasa berarti pertumbuhan ekonominya yang harus digenjot paling tidak 1% dalam tahun ini sehingga bisa terlunasi hutang-hutang dalam jangka waktu yang cukup lama.
Hutang ini pun akan semakin membengkak karena kebutuhan biaya rutin untuk membayar bunga utang, membayari jaminan sosial warga lansia, dan lain-lain. Pembayaran skema hutang dari pajak sangat ditentang oleh Partai Republik. Jadi harus dicari sumber pendapatan non-pajak, misalnya dari bahan bakar fosil, perdagangan, industri dan pariwisata.
Hutang Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia mengumumkan, pada tanggal 31 Mei 2011, negara ini memiliki hutang sebesar US$ 201,07 miliar atau Rp 1.716 triliun dengan kurs Rp 8.537 per dolar AS. Hutang ini melonjak naik dibandingkan posisi akhir 2010, yang tercatat Rp1.676 triliun.
Dalam data yang terdapat pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, hutang tersebut lebih dari setengahnya dalam bentuk Surat Berharga Negara. Proporsi pinjaman luar negeri adalah sebesar 34%, sedangkan pada SBN sebesar 65,7%. Bila dilihat dari mata uang, utang tersebut mayoritas dalam bentuk dolar AS, kecuali SBN dalam mata uang rupiah yang nilainya Rp 955 triliun atau setara US$112 miliar. Catatan ini merupakan angka sangat sementara.
Suramnya kondisi yang dimiliki Indonesia pada saat ini dalam hal finansial, masih ada kabar baik yang bisa kita terima di sini, kabar baiknya adalah rasio antara GDP (Produk Domestik Bruto) dengan hutangIndonesia menurun jadi 26% di tahun 2011 ini. Secara sederhananya, jika seorang warga rakyat Indonesia mempunyai penghasilan sebesar Rp 1.000.000 maka beban hutang seorang rakyat Indonesia di manapun berada, tua ataupun muda, sebesar Rp. 3.120.000 untuk tahun ini.
Jika kita bandingkan dengan negara Amerika Serikat pada tahun 2010 kemarin rasio GDP yang dimiliki oleh negara tersebut adalah sebesar 97%, artinya kalau penghasilan warga amerika 1.000.000 maka hutang yang dimiliki oleh setiap orangnya adalah sebesar 11.640.000, sungguh angka yang cukup fantastis mengingat selama ini kita selalu beropini bahwa Amerika merupakan negara adidaya baik secara militer maupun secara ekonomi.
Pemerintahan SBY yang sudah memasuki dua periode jabatan, ternyata memiliki andil yang cukup besar dalam menggelembungkan utang negara. Sejak tahun 2004 hingga 2010, utang negara bertambah US$ 45,42 milyar dollar atau sekitar Rp 408,78 trilyun. Jadi dari 50,56% peningkatan utang negara sejak 2001, pemerintahan SBY menyumbangkan peningkatan utang sebesar 37,10%. Jika dihitung sejak tahun 1970 dengan jumlah utang pemerintah pada saat itu mencapai US$ 2,77 milyar, maka utang negara selama 40 tahun terakhir bertambah sebesar 6.589,53%.
Beda Negara Beda Hutangnya, Beda Pula Masalahnya
Krisis ekonomi yang melanda Eropa, misalnya di Yunani dan Portugal, seberat apapun masih bisa dicarikan solusinya dan bisa diterapkan agar bangkit kembali ekonominya. Begitu juga dengan krisis hutang di Amerika, tampaknya Presiden Obama akan berjuang keluar dari masalah ini. Di Eropa dan Amerika, masalah ekonomi tidak banyak bercampur dengan urusan politik, begitu juga sebaliknya.
Bagaimana dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta???
Selama 11 tahun terakhir, negara telah membayar utang sebesar Rp 1.596,1 trilyun dan 54% di antaranya atau sekitar Rp 864,67 trilyun adalah untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo.
Jumlah keseluruhan pembayaran utang pemerintah tersebut lebih dari 7,8 kali penerimaan APBN 2000, 4,7 kali penerimaan APBN 2003, 2,5 kali penerimaan APBN 2006, dan 1,6 kali penerimaan APBN 2010. Jumlah ini juga hampir menyamai jumlah utang negara tahun ini Rp 1.667,7 trilyun. Sedangkan total pembayaran bunga utang pemerintah lebih besar dari anggaran penerimaan pajak tahun ini Rp 743,3 trilyun.
Meski Indonesia telah membayar utang sebesar Rp 1.667,7 trilyun selama 11 tahun terakhir, utang Indonesia selama pemerintahan SBY tidak menjadi turun tetapi justru makin membengkak dari jumlah utang pada tahun 2000 yakni Rp 1.235 trilyun. Bahkan jika dibandingkan jumlah utang pemerintah tahun 1998 sebesar Rp 553 trilyun, jumlah utang pemerintah Indonesia tahun ini bertambah 3 kali lipat sejak krisis moneter.
Jadi masalah hutang ini butuh waktu yang lama untuk pelunasannya, untuk membayar bunga hutangnya saja sudah begitu banyak menguras kas negara. Kalau saja kas negara murni tanpa diambil secara tak wajar (dikorupsi), maka paling tidak akan meringankan pemerintah untuk pembayaran cicilan bunga hutang tersebut.
Hingga habis masa jabatan Presiden SBY, masalah hutang ini sepertinya belum selesai atau malah makin parah, karena belum tuntasnya pemberantasan korupsi di negeri ini yang efeknya membebani kas negara, belum lagi untuk belanja rutin pegawai yang bulan ini membengkak untuk THR dan gaji kesekian. Lalu sang presiden akan mewariskan hutang yang berlimpah pada penggantinya. Dan pada setiap bayi yang lahir di negeri ini akan mendapat warisan sebesar Rp. 3.120.000 dari pemerintah, warisan hutang dan cicilan bunga hutangnya.
Saat ramainya bursa nama dalam Pilpres 2014 mendatang, maka isu korupsi dan pelunasan hutang negara demi kesejahteraan rakyat harusnya menjadi prioritas utama. Bila terdengar nama Sri Mulyani dalam bursa tersebut, mungkin ada sedikit harapan dalam penyelesaian masalah ekonomi negeri ini, dan beliau harusnya memilih pendamping yang tepat untuk penyelesaian isu korupsi yang menerpanya.
Hal ini berlaku juga buat Capres-Capres lainnya yang berniat mencalonkan diri. Jangan sampai isu korupsi dan hutang negara malah akan makin menguap hilang tanpa jejak saat kampanye nanti.