Tak ada niat apapun dalam hal melakukan sesuatu demi kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua dilakukan hanya demi kesejahteraan masyarakat. Padahal dalam aqidah sebagian besar warga bangsa ini seperti mengakui kalau segala sesuatu harus diawali dengan niat (yang baik tentunya), lalu dibarengi dengan usaha, karya nyata dan kesungguhan. Jadi kalau ada pernyataan tak ada niatan apapun, pasti bukan dari golongan orang yang beraqidah.
Lalu alih-alih dengan tujuan demi kesejahteraan masyarakat, saya setuju banget itu, karena pasti orang akan membuat tujuan yang sangat tinggi, dan hampir mustahil terpenuhi. Pencapaian tertinggi suatu lembaga adalah kesejahteraan dan mungkin kalau mau ditambah keadilan, sesuatu harapan yang memang sengaja dibuat agar tak akan pernah bisa tercapai.
Kalau dikatakan demi kesejahteraan ‘masyarakat’, tentu ini sesuai definisi ‘masyarakat’ menurut versi masing-masing pembuat lembaga. Masyarakat menurut mereka pastilah masyarakat dari golongan mereka sendiri, bukan di luar lembaga yang mereka buat.
Probosutedjo mendirikan Pusat Kajian Soeharto Center di lantai dua Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat, sebagai pusat diskusi pengkajian rencana pembangunan perekonomian bangsa.
"Soeharto Center berfungsi untuk menggali pemikiran bapak Soeharto yang telah berhasil memimpin selama 32 tahun dan dijadikan acuan bagi pemerintahan sekarang dalam rangka pembangunan nasional," kata Probosutedjo usai acara sarasehan pembentukan Soeharto Center di Hotel Le Meredian Jakarta.
Dikatakannya, dalam Soeharto Center nantinya juga akan dilakukan diskusi terkait isu nasional yang berkembang saat ini. Diharapkan, hasil pemikiran tersebut, dapat dijadikan solusi bagi pemerintah.
Probosutedjo juga menyebutkan, ada kebijakan dan program nasional yang dihasilkan dari kontribusi pemikiran untuk pembangunan bangsa dan negara.
Pertama, garis-garis besar haluan negara yang merupakan ketetapan MPR sebagai rencana pembangunan nasional jangka panjang.
Kedua, trilogi pembangunan nasional dengan menyeimbangkan stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan sebagai arah dan tujuan pembangunan.
Ketiga, delapan jalur pemerataan seperti pemerataan kebutuhan pokok rakyat, kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pembagian pendapatan dan lainnya.
Keempat, program ketahanan pangan dan swasembada pangan hingga akhirnya Indonesia meraih medali emas pada 21 Juli 1986 dan banyak negara belajar mengenai pembangunan.
Kelima, program kependudukan dan keluarga berencana yang dapat mencegah terjadinya ledakan penduduk.
Keenam, sepuluh program pokok PKK seperti penghayatan dan pengamalan pancasila, gotong royong, pangan, sandang dan lainnya.
Ketujuh, pos pelayanan terpadu atau Posyandu yang merupakan sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya. Kedelapan, kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa yang merupakan kegiatan pertemuan untuk petani dan nelayan dengan mengikutsertakan petani-petani berprestasi.
"Kebijakan yang telah ditelurkan, kiranya sangat baik bila diterapkan kembali pada era saat ini. Karena, terbukti telah banyak masyarakat yang menikmati kesejahteraan," katanya.
Selain itu, Probosutedjo juga membantah bila pembentukan Soeharto Center sebagai wadah dalam menumbuhkan Soehartoisme. Melainkan sebagai pusat kajian dalam mengambil keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan dalam pemerintahan saat itu.
"Tidak ada niatan apa pun dalam pembuatan ini selain sebagai pusat kajian dengan tujuan kesejahteraan masyarakat," katanya.