Ini adalah kisah tentang seorang laki2 dan celana pendek warna merah muda motif bunga2 yang mengubah jalan hidupnya. Kamu gak akan menemukan kisah ini di buku PSPB, harian Lampu Merah ataupun koran Kompas (apalagi di kompasiana). Jadi simak kisah ini baik2, karena mungkin kisah ini akan mengubah hidupmu dan saya gak akan menceritakan kisah ini dua kali.
Nama laki2 itu adalah Encep Subona. Panggilannya Bona. Bona adalah jejaka asli sunda. Asli sunda karena ayahnya adalah sunda garut dan ibunya adalah sunda cililin. Asli sunda karena sejak dilahirkan, SD,SMP, SMA, bahkan sampai kuliah pun, Bona habiskan di tanah priangan. Asli sunda karena dalam sehari Bona menghabiskan lalapan lebih banyak dari kambing manapun. Bona adalah salah satu contoh bentuk kehidupan hampa dimuka bumi ini yang kegiatannya berkisar antara makan, tidur, dan mengupil. Berkulit coklat sawo terlalu matang, rambut keriting gondrong mirip Tom Hanks dalam film Cast Away, dengan raut muka tirus tak terurus dan bulu hidung menjulur-julur keluar, Bona yang berstatuskan mahasiswa ini menghabiskan 21 tahun hidupnya dalam keadaan jomblo. Bukan. Bona bukan lah jomblo karena pilihan. Bona adalah jomblo karena keterpaksaan. Satu2nya aktifitas yang memberikan warna dalam kehampaan hidupnya adalah menonton pertandingan Persib Bandung (yang nyaris terseret pada zona degradasi) dan menonton konser Pas Band.
Hari itu adalah ulang tahun Bona yang ke-21. Bona masi tertidur pulas ketika tiba2 ada seorang wanita berumur pertengahan 30 masuk ke dalam kamarnya. Dan wanita itu langsung menjerit keras. “Bonaaaa! Kamuuu?!” Bona terbangun. Dia membuka matanya, memandang ke langit2 kosnya, menatap poster Britney Spears dalam balutan bikini merah jambu yang warnanya sudah mulai pudar (mungkin karena keseringan diliatin). Bona tersenyum dan meneruskan tidurnya.
”Bona !!!” Bona pun terbangun. Benar2 terbangun kali ini. “Eh, tanteh. Kok tante bisa disinih ?”
“Kamu!?!! Kamu kenapa tidur gak pake celana ?”
“Hmm,, biar adem mungkin tanteh. Tante kenapa kok bisa disinih?”
“Jantung kakekmu kambuh lagi. Ia sekarang sedang dirawat di ICU. Kakekmu ingin sekali bertemu sama kamu. Ia mungkin gak punya banyak waktu lagi.”
“…”
“Kok malah bengong? Ayo cepet ikut tante ke rumah sakit.”
“Iya tanteh. Tapi sebentar yah tante.”
“Gak pake sebentar2. Udah gak usah mandi. Mandinya nanti aja. ”
“Bukan tanteh. Anu. Sayah pakai celana dulu yah tante.”
Dalam keadaan rambut kribo, mulut bau naga, baju bau singa, dan ketek asam manis, Bona yang sudah bercelana meluncur bersama tantenya langsung menuju rumah sakit tempat kakek bona dirawat. Disana sudah berkumpul sanak saudara mengelilingi tempat tidur kakeknya. Ketika kakek tahu Bona sudah datang, kakek meminta semuanya supaya meninggalkan ruangan. Kakek ingin berbicara empat mata dengan Bona.
“Bona, uhuk-uhuk… ”
“Ya aki… ”
“Kamu belum mandi yah? Uhuk-uhuk. Kamu bau sekali.”
“Ya aki. Sayah emang blum mandi. Tadi buru2 kok kesininya aki.”
“Bona, huk, huk ,huk… Kemari. Huk, huk, huk. Ayo lari – lari.”
“???”
“Maaph Bona. Aki OOT niyh. Out Op Topik. Bona, hidup aki gak akan lama lagi. Uhuk- uhuk. Jadi dengarkan perkataan aki baik2. huk.”
“Ya aki…”
“Bona. Tadi malam aki dapat wasiat dari leluhur. Huk-huk. Demi keberlangsungan garis keluarga kita, kamu harus pakai jimat ini setiap hari. Huk. Jimat ini hanya boleh dilepas pada hari jumat kliwon. Kalo tidak kamu pakai, kamu akan dikutuk mencret seumur hidup. Kalo kamu pakai, kamu akan mendapat hoki besaaarrr.”
“Jimat apa aki ?”
“Ini.”
Bona pun membuka bungkusan yang ditunjuk aki. Mata Bona terbelalak ketika melihat isi bungkusan itu. Celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga. Bona hendak protes. “Tapi aki!? Aki. Akiiiii…” Aki gak menjawab. Mata aki sudah terpejam selamanya dan bibirnya menyunggingkan senyuman. Mungkin aki merasa lega sudah menyampaikan amanat terakhirnya. Mungkin aki udah merasa tenang karena yakin cucunya akan selalu pakai celana ketika tidur. Mungkin juga aki merasa senang udah bisa ngerjain cucu nya disaat-saat terakhirnya. Bona termenung. Termenung karena bersedih karena kehilangan aki-nya yang dia sayangi. Termenung karena berpikir keras, berusaha mencari korelasi antara memakai celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga dan mendapatkan hoki besar. Mungkin kalo celana pendeknya berbahan kulit ketat dengan motif kulit harimau Bona akan maklum karena Bona percaya celana pendek seperti ini akan menarik hati banyak wanita. Tapi korelasi antara celana pendek merah muda motif bunga-bunga dan hoki besar sungguh sulit dimengerti. Walau bagaimanapun ini adalah wasiat terakhir aki-nya, dia harus penuhi. Bona tidak ingin melanggar wasiat terakhir kakeknya. Selain itu, Bona pun gak ingin dikutuk mencret seumur hidup. Mendingan juga dikutuk tampan, kaya, dan berkuasa daripada dikutuk mencret, pikir Bona. Maka dipakailah celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga setiap hari. Dan Bona hanya mencuci celana ini sebulan sekali, setiap jumat kliwon.
Bona pun kembali menjalani kehidupannya yang jomblo dan hampa serta gak lupa memberikan sesajen setiap malam jumat kliwon untuk arwah kakeknya berupa sepiring nasi timbel lengkap dengan lauk gurame bakar + tempe goreng + lalapan + sambal cibiuk, secangkir kopi neskafe classic (gula 2 sendok teh), dan sebatang rokok djisamsoe filter. Suatu saat ketika Bona sedang jalan2 di tepi sungai citarum, Bona mendengar teriakan seorang gadis cantik dari kejauhan diiringi suara blurrr. (Wait. How can he know she’s beatiful? Nevermind). Bona langsung menuju TKP dan melihat seorang Bapak2 berkumis lebat, berkesan jantan, dengan tato ular naga luar biasa panjangnya sedang berteriak2 menunjuk seorang gadis cantik yang megap2 ditengah sungai.
“Anak muda!”
“Yah, Pak Tua.”
“Jangan panggil Pak Tua. Panggil Om aja.”
“Iyah Om. ”
“Itu anak Om sedang megap2 di tengah sungai citarum. Coba yah tolong diselamatkan. ”
“Kenapah gak Om aja yang menyelamatkan ? Kan Om macho, berkumis lebat, dan berkesan jantan?”
“Ssssttt,, Om gak bisa berenang.”
“Jadi ituh tato ular naga luar biasa panjangnya buat apah Om?”
“Udah ah kamu jangan banyak omong. Selamatkan aja putri Om. Nanti kamu Om kawinkan sama anak Om satu2nya itu. Om orang kaya loh. Sawahnya aja luas dan punya 15 kos-kosan di daerah Sudirman.”
“Sudirman Jakarta Om?”
“Bukan. Sudirman Garut.”
Demi mendengar iming2 akan dijodohkan dengan putri si Om yang cantik jelita tiada tara (yang otomatis akan merubah status jomblonya) dan menjadi menantu dari seorang juragan kost, Bona pun dengan kasual serta merta melepas baju dan celana jeansnya. Dengan hanya menggunakan celana pendek merah muda motif bunga2 wasiat sang kakek, Bona segera melompat ke dalam sungai citarum dan menyelamatkan sang putri. Lalu Bona pun memberikan nafas buatan dan pijatan ke arah dada. Sebetulnya hal ini tidak perlu karena sang putri udah siuman. Tapi kapan lagi, pikir Bona. Huhuyy.
“Akang, makasih yah udah nyelamatin neng. Akang baik sekali. Neng mau nikah sama akang.”
“Iyah neng. Akang juga mau. Ngomong2 neng namanya siapah?”
“Nama neng, Neng Jumirna Kuriana. Panggil aja, Ina.”
“Nama akang Bon. Enc-Bon. Tapi panggil aja Bona.”
Akhirnya mereka bertiga, Bona, Neng Ina, dan Om-berkumis lebat-berkesan jantan- juragan kost2an (figuran gak penting, jadi gak perlu disebut namanya) berjalan menuju jalan raya, mencari taksi. Ketika mereka bertiga sedang menyebrang jalan, tiba2 ada truk besar dari arah sebelah kiri. Rupanya supirnya kaget melihat celana pendek Bona dan kehilangan kendali. Bona dengan kasual segera mendorong Neng Ina dan Om-berkumis lebat-berkesan jantan- juragan kost2an ke arah pinggir. Mereka selamat. Sayangnya Bona gak sempat menyelamatkan dirinya sendiri. Bona tertabrak, tergilas, dan terseret truk besar itu sampai sejauh 25 meter. Bona mati mengenaskan. Otaknya berceceran keluar dan matanya nyaris keluar. Tangan kiri putus, kaki kanan dari mulai lutut hilang entah kemana, paha kiri terlihat tulangnya, dan usus dua belas jari tertarik keluar. Hanya celana pendek merah muda motif bunga2nya yang masih utuh.
Bona pun mati sebagai pahlawah bagi Neng Ina dan Om-berkumis lebat-berkesan jantan- juragan kost2an. Jasa Bona selalu dikenang oleh masyarakat RT01/RW02 desa sukamundur yang tinggal di sekitar sungai citarum. Celana pendek bona dijadikan bendera dan dikibarkan setengah tiang, sebagai peringatan agar supir2 gak ngebut di jalanan.