Menurut pengamat intelijen Dynno Chressbon, selain peracik bom, Umar juga merupakan penembak jitu. Senjatanya senapan M-16. Dynno mengatakan Umar dikenal sebagai eksekutor target utama seperti Presiden RI. Umar pernah merencanakan menembak Megawati Soekarnoputri ketika putri almarhum Soekarno tersebut menjadi presiden.
Umar Patek alias Abdul Ghoni alias Abu Syeikh alias Umar Arab disebut-sebut sebagai alumnus Afganistan sekitar 1990-an. Ia juga pernah berjuang bersama Front Pembebasan Islam Moro (MILF) di Mindanao pada 1995. Tiga tahun berikutnya, Umar menjadi instruktur di kamp militer Jemaah Islamiyah di Hudaibiyah, Filipina.
Umar Patek memiliki tinggi hanya sekitar 160 sentimeter. Ukuran badan Umar Patek inilah yang membuatnya punya nama alias lain, yaitu Umar Kecil.
Pada 2000, pria kelahiran 1970 ini terlibat konflik di Ambon. Namanya mulai menjadi buah bibir pada Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang. Umar berperan sebagai peracik dan perangkai bom, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, serta mencocokkan waktu dan tempat.
Setelah Bom Bali I, Umar bersama Dulmatin melarikan diri ke Jakarta. Umar pun hidup berpindah-pindah usai tragedi Bom Bali I.
Pada 2005, Umar Patek dikabarkan membangun basis di Filipina selatan dan memisahkan diri dari jaringan di Indonesia. Informasi itu didapat dari hasil interogasi aparat keamanan Indonesia setelah menginterogasi Abdullah Sunata, salah seorang tersangka terorisme di Indonesia. Hasil interogasi itu kemudian diinformasikan ke aparat keamanan Filipina. Laporan itu bocor ke Associated Press.