Awal 2008 ramai di pinggir-pinggir jalan aneka kedai, warung, kios, restoran, yang menyajikan menu kuliner dengan nama yang WAH, ANEH, BOMBASTIS, MENCOLOK, NYELENEH, MENYIMPANG, NGAWUR, ASAL, ... yang penting judulnya, isi belakangan (kaya kompasianer ajah). Jadi orang akan kaget kalo lihat tulisan NASI GORENG SETAN, ES POCONG, BURGER MODHAR, ES BAKAR, SOTO BASI, BAKMI BEKAS, SEGO KUCING, dlll .... berusaha merebut hati pembeli lewat judul masakan, dan berharap sudi mencicipi masakannya. Yang udah-udah tak ada yang kembali lagi untuk bertandang ke situ lagi.
Fenomena berikutnya adalah merekam aksi diri sendiri atau orang lain dan dilansir di media sosial global, alhasil langsung melejit namanya.
Dan yang ngiler lihat keberhasilan orang lain mencipta lagu dari penderitaan orang lain, ikut-ikutan bikin lagu. Mudah-mudahan kali ini sukses berat, ampe ngga sanggup lagi mikulnya.
Buat gw itu sah-sah saja, malah boleh dibilang kreatip (ditulis kreatif kalo idenya murni dari hati yang paling dalam), daripada tak berbuat apa-apa, toh jaman gini harus jeli liat peluang.
Selamat berlagu asal jangan belagu (eh boleh ding belagu juga).
...
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merespons positif lagu berjudul Nyasaruddin yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Hari Widiyanto sekeluarga. Bahkan lagu ini bersama beberapa lagu lainnya yang diserahkan oleh Hari kepada KPK pada Jumat siang akan dipelajari untuk dijadikan bahan kampanye pemberantasan korupsi.
"Masih dipelajari, apakah bisa jadi salah satu bahan sosialisasi dan kampanye," kata juru bicara KPK, Johan Budi S.P., Jumat, 17 Juni 2011. "Ada beberapa lagu, soal Indonesia Raya dan soal pendidikan juga". Hari menciptakan lagu Nyasaruddin pada 2 Juni 2011. Lagu ini kemudian beredar di situs YouTube pada 4 Juni lalu.
Duduk melingkar di ruang tamu, dalam rekaman video itu, tampak lima orang yang terlihat seperti anggota keluarga tengah mendendangkan lagu tersebut dengan sangat santai. Lirik lagu ini di antaranya,
"Aku lari dari kenyataan, karena aku ketahuan. Ku tak mau dikambinghitamkan, karena semua ikut merasakan. Aku kabur ke luar negeri, menghindari panggilan polisi. Aku taku akan diadili, karena aku pelaku korupsi’.
"Lagu ini kupersembahkan KPK dan bangsa ini," kata pencipta, Hari Widiyanto, di KPK. Menurut Hari, lagu Nyasaruddin tersebut diciptakan setelah ramai pemberitaan mengenai bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, ke luar negeri. Namun, dia berkilah tak ada kaitannya dengan anggota Komisi Energi DPR ini. "Bukan soal itu, ini hanya terinspirasi dengan maraknya korupsi," kata Hari. "Karena kebanyakan para pelaku koruptor lari ke luar negeri dan tidak kembali lagi ke Indonesia."
Penyanyi lagu Nyasaruddin adalah pasangan suami-istri Hari Widiyanto dan Nurul Khoiriyah, serta ketiga anaknya, Fandi Winurdani, Savelli Winurdani, dan Rendi Winurdani, serta keponakan Nurul bernama Subhan dan keponakan Hari bernama Dini Dwilestari. Mereka warga Pasuruan, Jawa Timur. Tamatan SMA yang mengaku telah banyak menciptakan lagu ini lahir pada 1967. Istrinya, Nurul kelahiran 13 Agustus 1968. Anak-anaknya adalah Fandi kelahiran 1 Februari 1989 (mahasiswa), Savelli (lahir 25 Mei 1994, kelas dua SMA), Rendi (lahir 28 April 2000, kelas V SD).
...