.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lelaki Itu Menabur Bunga, Tertawa Menjemput Lupa
.
.
.
.
hening
sejak tadi memeluk sunyi,
.
denting hujan
terbiar
memagut sepi.
.
tabir langit dikuak desir angin
yang mengabarkan kematian
pada akhir senja.
.
lelaki itu berdiri
di depan pusara,
mengubur luka.
.
duapuluh butir kerikil kecil
tersimpan di saku celana
yang terbalut dekil,
penanda hempasan purnama
tak henti melanda.
.
senja pun sejak tadi
beranjak tanpa kata.
.
lelaki itu,
menggenggam bongkahan tanah merah,
menanam airmata darah,
menyerah kalah
pada pasrah.
.
segenggam kata
tak selesai mengurai asa,
.
berharap pada deretan pagu waktu
yang bersisa.
menanti satu kerikil kecil
usai purnama,
menggenapi keganjilan angka duapuluh satu.
.
bersama luka,
lelaki itu menggali makna,
dari semua bentuk cara
serta himpunan doa.
.
udara dingin
tak sungkan menemani,
menelisik masuk menjalar setiap lubang pori-pori.
.
lelaki itu menabur bunga,
beranjak menjauhi pusara,
tertawa menjemput lupa.
.
.
.
.
.
.