Apakah Jokowi Seorang Idiot Savant?
12 Aug 2014 | 11:18
Jangan marah dulu, tenangkan diri dan lanjutkan membaca artikel ini sampai habis. Membiasakan membaca segala sesuatu yang bertentangan dengan alam fikiran dan harapan memang membutuhkan energi ekstra. Tapi itulah tujuannya, agar semua pendukung Jokowi memiliki kemampuan ekstra untuk melihat Jokowi apa adanya.
Istilah idiot savant mulai diperkenalkan oleh seorang profeseor dari Perancis bernama Dr J. Langdon Down dalam seminarnya pada tahun 1887. Istilah ini jika menggunakan kamus pada website, http://www.thefreedictionary.com/ diartikan adalah;n.pl.idiot savantsAn intellectually disabled person who exhibits extraordinary ability in a highly specialized area, such as mathematics or music(Psychiatry) a person with learning difficulties who performs brilliantly at some specialized intellectual task, such as giving the day of the week for any calendar date past or presenta mentally defective person with an exceptional skill or talent in a special field, as a highly developed ability to play music or to do arithmetic calculations.atau dalam bahasa populer lebih bermakna sebagai berikut;Adalah para penderita autisme yang memiliki kemampuan yang tidak terkalahkan dari para jenius, bahkan mungkin melebihi mereka.Savant sendiri berarti learnedatau terpelajar dan bisa juga diartikan sebagai sebuah keahlian atau kebisaan. Istilah idiot savant ini mungkin bisa disederhanakan sebagai seseorang yang memiliki keterbatasan dalam ukuran intelektual akan tetapi memiliki kemampuan yang luar biasa. Contoh yang paling mewakili kosa kata ini adalah sebuah film yang dibintangi oleh aktor berkelas, Dustin Hoffman dan Tom Cruise. Dustin yang memerankan seorang kakak dari adik yang normal memiliki kemampuan rekam memori yang luar biasa. Kompasianer terhormat bisa mencari album film tahun 1990-an dengan judul Rain Man. Sebuah film yang sangat luar biasa.
Jokowi menurut penulis memenuhi aspek-aspek yang bisa dipakai untuk menyatakan pria ini termasuk seorang idiot savant. Antara lain;Mimik muka atau gesturednya saat berkomunikasi. Meskipun beberapa pendapat ahli menyatakan seorang idiot savant adalah seorang savant yang identik dengan autisme. Bahkan wajah oriental dari Jokowi setelah semua punggawa dan kerabat sosial media beramai-ramai menolak kebenaran adanya unsur darah chinesse di dalam diri Jokowi maka yang paling memungkinkan diduga adalahMongoloid syndrome.Rendahnya kemampuan berbahasa dalam menyampaikan sebuah topik.Jokowi seringkali menyatakan tentang managemen kontrol dan langsung ke lapangan disetiap agenda kampanye dan publik speaking. Dan disaat yang sama pula terbukti apa yang diucapkannya berbeda 180 derajat dengan kenyataan. Kasus bis TransJ dan pedagang yang kembali memenuhi sisi jalan di Blok G bahkan Blok M menyajikan fakta bahwa Jokowi memang bodoh dalam berkomunikasi.Membaca statistik. Dalam rekaman data yang dikumpulkan oleh yang berkompeten tentang jumlah populasi orang miskin baik semasa di Surakarta maupun di DKI Jakarta tersajikan bahwa dibawah kepemimpinannya malahan melebarkan potensi naiknya angka penduduk miskin dan ini berbalik 180 derajat dengan materi kampanye yang digaungkannya.
Pertanyaannya, apakah sesuatu yang mengerikan jika Indonesia dipimpin oleh seorang pengidap idiot savantalias pinter-pinter bego? Tenang, di dalam karir apapun, IQ tidak mewakili sudut keberhasilan seseorang, entah itu titel kesarjanaan (sarjana kehutanan lho!) atau kemampuan akademis. Karena orang yang memiliki inteligensia belum tentu jenius, sebab inteligen berarti memiliki bakat dan kepandaian untuk cepat dan mudah mengerti, sedangkan kata Inteligen itu sendiri diserap dari bahasa Latin intelligentia = mudah mengerti.Sedangkan apa bedanya dengan cerdas?Orang yang cerdas bukan hanya mudah mengerti tapi juga berani mengambil tindakan yang tepat dan cepat dan tidak berlarut-larut di dalam status idle atau status quo. Presiden SBY telah menunjukkan bukti ini, memiliki intelektualitas yang mumpuni (memiliki titel S3 dan jenderal pula) akan tetapi dianggap oleh publik memiliki handicap yakni gagap atau lambat dalam membuat keputusan.Sedangkan Jokowi? Tunggu saja dulu hasil keputusan MK tanggal 21 Agustus nanti.
.
.