Waspada! Bukan Sakit Maag, Ternyata Batu Empedu
05 Aug 2014 | 16:02
Sumber: adam anatomy images
Ini adalah pengalaman berharga dari salah satu rekan sejawat DR. dr. Sagiran, Sp.B, seorang dokter ahli bedah di salah satu Rumah sakit Swasta di daerah Bantul Yogyakarta. Tulisan ini penting untuk dibaca karena sering kami menemui kasus-kasus serupa dimasyarakat.
Dalam praktiknya pribadinya baru-baru ini dr. sagiran bertemu dengan seorang pasien yang memiliki keluhan dan Gejala antara lain: perut atas/ulu hati perih, sebah, kadang mual, saat periksa ke dokter, pernah juga beberapa kali ke mantri dan bidan sering divonis sakit maag kronis. Memang saat awal pengobatan dan diobati dengan terapi sakit maag pasien merasa sembuh dan membaik, namun akhirnya selalu kambuh dan kambuh lagi.
Itulah yang terjadi selama hampir 2 tahun, bolak balik berobat, seing juga langsung beli obat tanpa resep di apotik dan mendatangi alternatif namun penyakitnya tak kunjung sembuh. Hingga akhir-akhir ini ( 3 bulan terakhir) pasien sering merasakan pegel di punggung.
2 minggu belakangan ini pasien mengeluh panas menggigil, mual muntah. Perut sakit tembus ke punggung seperti "dijojoh" linggis ungkapnya. Saat periksa ke dokter dan dilakukan pemeriksaan darah didapatkan angka Leukosit darah mencapai 19.000 (diatas angka normal). Dilakukan juga pemeriksaan USG yang terlihat gambaran batu empedu disana.
Sumber: Doc: dr. Sagiran, Sp.B
Menurut dr. Sagiran gejala nyeri pada batu empedu memang bisa menyerupai gejala "maag" hal ini disebut visceral pain/colic karena adanya batu di kandung empedu pasien. Nyeri di punggung adalah khas dari Murphy's Sign. Demam terjadi krn komplikasi berupa empyema gall bladder. Seperti terlihat pada hasil operasi, vesica felea sangat menebal dan distended berisi nanah.
Beruntung pasien dapat segera diketahui penyakitnya dan dilakukan tindakan operasi. Kemungkinan besar jikalau tdk ditangani, vesica felea akan ruptur (pecah) sehingga akan terjadi peritonitis (nanah menyebar seluruh lapangan perut).
Semoga pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita (tenaga medis) dan masyarakat pada umumnya. Kadang kita tak cukup hanya periksa pada satu dokter, bahkan disarankan periksa pada beberapa dokter ahli untuk mencari second opinion (pendapat lain dari para dokter) guna lebih meyakinkan atas penyakit apa yang sebenarnya anda derita. Sehingga didapatkan diagnosa tepat dan pengobatan segera.
.
.