Pagi masih sedikit tersisa menyapa pinggiran ibukota ketika di sebuah rumah bergaya jengki, Rio dan Dina rupanya sedang asyik dengan sarapannya masing-masing.
"Buru-buru amat makannya"
Dina melihat sepiring nasi goreng sudah mendarat mulus di lambung Rio kakaknya, tersisa hanya dua suapan terakhir semata.
"Masakan Bi Romlah emang maknyuuuzz..... sayang kalau tak dihabiskan"
Segelas jus jeruk pun menutup sarapan pagi mereka.
"Aku pergi dulu ya.... Ada klien yang mau lihat draft bukunya"
Dan Rio dengan motor barunya pun melesat membelah jalan Margonda Raya menuju sasarannya.
Dina masih duduk di meja makan walau sarapan roti bakar di piringnya sudah habis. Di piring kecil di depannya masih ada sepotong roti bakar cadangan. Notifikasi Telegram beberapa kali terdengar dari tabletnya. File tugas kantor sepertinya yang masuk barusan dan harus digarap segera. Enaknya kerja jaman sekarang, bisa mengerjakannya di mana dan kapan pun kita mau, walau di hari Sabtu dan Minggu sekalipun.
"Aku mampir ke tempatmu ya?"
Telegram dari teman kantor Dina. Dia sudah tiga kali ke rumah Dina.
Pukul 08.15. Masih sempat duduk sebentaran. Iriene teman kantornya mau mampir sebelum tugas luar.
Ting tong..... ting tong.......
Iriene diantar bi Romlah ke ruang makan kali ini. Tak lagi menunggu di ruang tamu.
"Hey..... Din. Habis sarapan? enak kayaknya"
"Aduuuh, mamiiii..... makasih loh mau mampir...... Masih ada roti bakar nih.... atau nasi goreng. Sebentaran biar bi Romlah siapkan"
"Gaaak..... gak usah. Ini aja cukup kok"
Sambil mengunyah sepotong roti bakar yang mulai dingin, mata Iriene menatap tajam ke sebuah foto ukuran 20R yang tergantung di dinding.
"Aku dengar, mami punya terong baru yaaa??"
Dina and the gang selalu memanggil mami ke Iriene, karena suka terong-terongan.
Iriene hanya senyum saja. (Terong-terongan apaan sih?)
"Kamu narsis juga. Cowok yang meluk kamu siapa? pacarmu ya?"
"Itu Rio, kakakku...... mau? langkahi dulu mayat gue"
Mereka berdua pun tertawa ringan.
"Namanya Rio?"
"Oke..... oke..... oke...... Gue bakal jelasin semua tentang Rio, biar mami gak mati penasaran"
Iriene melihat tiga foto lainnya. Terakhir foto Rio di Pantai Senggigi. Iriene ingat betul foto itu, karena dia yang mengambil gambarnya memakai hapenya.
"Mami mau ke mana sih? Klien kakap ya?"
"Oh.... eh...... Iya. Kami janjian di ITC Senayan. Oh ya..... file dari bagian marketing udah masuk? dikoreksi ya. Dan buatkan draft finalnya, kalo sudah masukkan ke flashdisk ini ya. Thank's anyway....."
Iriene mengingatkan Dina, untuk file penting apalagi menyangkut data keuangan, terlalu riskan dikirim via Telegram, aplikasi yang memakai nomor gape untuk registrasi akun.
"Oke boss......"
Begitulah, sepanjang perjalanan, hanya ada tiga nama di kepala Iriene.
Dina.... Rio..... Bowo.
Rio itu Bowo..... Bowo itu Rio......
Siang ini Bowo akan menyampaikan sesuatu. Apa ya?
.