Aktivis PDI Perjuangan Pro-Megawati Soekarnoputri (Promeg) mengklaim aksi golput yang mereka lakukan turut menggembosi suara partai berlambang kepala banteng itu. Terbukti, suara golput berdasarkan hitung cepat mencapai 34,02 persen, jauh dibanding perolehan suara PDIP yang hanya sebesar 19 persen. "Jumlah Promeg di Jawa Timur mencapai ratusan ribu," kata Ketua Promeg Jawa Timur Bido Swasono Ahad, 13 April 2014.
Menurut Bido, aksi Promeg tidak menggunakan hak pilih ini merupakan reaksi balik atas sikap gerakan relawan pendukung Joko Widodo (Projo). Sebelumnya, Projo pernah mengancam akan golput jika Joko Widodo alias Jokowi tak ditetapkan sebagai calon presiden sebelum pemilu legislatif. Ternyata, kata Bido, popularitas Jokowi tak mampu mendongkrak perolehan suara PDIP secara nasional. Itu sebabnya Bido menilai Jokowi tak pantas menjadi calon Presiden RI.
"Pendukung Jokowi hanya berkoar dan gertak sambal," kata Bido. Padahal sebelumnya mereka mengklaim penetapan Jokowi bakal menaikkan suara PDIP mencapai 30 persen. Ternyata hasilnya jauh dari harapan semula. Karena itu, Bido pun pesimistis langkah Jokowi menjadi RI-1 dalam pemilu presiden akan mulus .
Seharusnya, kata Bido, Projo mengikuti rencana Megawati, yakni mengumumkan calon presiden seusai pemilu legislatif. Lagi pula, sesuai dengan amanat kongres, hanya Megawati yang berhak menetapkan calon presiden. "Pendukung Jokowi telah melecehkan Mbak Mega. Kita mengamuk," katanya.
Atas sikap Projo menekan Megawati itu, Bido mengaku telah menggerakkan tokoh Promeg di banyak daerah untuk golput. Hasilnya, ratusan ribu kader Promeg tak menggunakan hak pilih dalam pemilu 9 April. Namun anggota Promeg tak memamerkan aksi golput tersebut. Basis promeg, kata dia, tersebar di sejumlah daerah, terutama di Surabaya, meliputi Benowo dan Pandegiling.