Derita Saksi Perselingkuhan Boss dan Sang Sekretaris
.
Cennots | 14 July 2013 | 17:07 WIB
.
Januar sudah seminggu ini bertugas sebagai tukang sapu taman Gedung Patra. Dasarnya memang rajin dan ulet, dimutasi dari officeboy di lantai 3 dan 4 ke bagian taman, tak membuatnya patah semangat. Hidup adalah perbuatan, motto yang dulu sering berseliweran di TV dan spanduk dan baliho dan poster dan kalender, melekat erat di kepala Januar. Baginya bekerja dan berkarya adalah segala-galanya.
Restu yang juga bertugas di bagian taman menghampiri Januar yang sedang menata sampah di tong warna hijau.
“Udah enak tugas di dalam gedung yang full AC kok mau-maunya dipindah ke sini, Jan”
“Tugas adalah tugas. It’s not a big deal”
Restu pun ikutan menata sampah yang sedikit terserak di bawah tong itu. Kabar yang singgah di telinga Restu seperti kurang meyakinkan makanya diberanikan untuk bertanya langsung ke Januar.
“Musabab kamu dimutasi apa sih, Jan? Kok mendadak gitu. Dan kok ya barengan sama mutasinya sang sekretaris itu ya?”
“Kata kepala bagian kebersihan sih, aku dimutasi sesuai prosedur dan supaya tahu semua sisi gedung ini. Awal-awal dulu aku tugas di toilet baseman kan?”
Restu kurang puas dengan jawaban itu dan langsung ke breaking news-nya.
“Yang saya dengar dan saksikan sih kamu dimutasi gara-gara melihat Big Boss dan sang sekretaris sedang bermesraan di ruang meeting. Saya kan ada di koridor saat itu sehabis ambil uang lembur dan transport”
“Oooh….. jadi itu kamu yang ada di koridor ya? Aku pergi terburu-buru keluar dari ruang meeting”
“Jadi betul mereka selingkuh?”
“Tak penting aku jawab. Dan tak akan aku jawab kok pertanyaan seperti itu. Udah ah, kerja lagi……”
Januar kembali mengambi sapu lidi bertangkai bambu dan menyapu daun-daun filicium yang terus saja berguguran.
“Saya lihat sikap Pak Agus boss kita itu kok biasa-biasa saja ya? Apa benar istrinya pernah menelepon kamu?”
Janu tak menjawab dan terus saja menyapu. Sesekali menatap jendela di lantai 4, merasa ada yang mengawasinya.
“Daaan…….. berita burung yang saya dengar, istri sang sekretaris naksir kamu ya? Soalnya kamu lebih fresh dan jantan gitu…….”
Janu membanting sapu lidinya. Mulut Restu yang terus nyerocos bikin naik darah rasanya.
“Udah jam 4. Aku mau pulang……”
“Kok marah sih? Biasa aja dooong”
Janu berhenti sejenak dan menatap tajam ke mata Restu si cowok kemayu.
“Kepala Bagian menekan aku untuk satu pertanyaan lain yang tak mau aku jawab”
“Tanya apa Pak Kabag?”
“Dia tanya, apa benar aku melihat juga ulah kamu dan big boss di pantry. Gimana? Perlu aku jawab kalau Pak Kabag nanya lagi”
Restu membiarkan Janu pergi menjauh sementara kepalanya dibiarkan diterpa daun-daun kering yang berguguran.
Begitulah, daun-daun filicium terus saja berguguran baik musim kemarau ataupun musim hujan.