Sebetulnya Islam Liberal Atau Islam Baru Belajar?
.
Oleh: Baskoro Endrawan | 15 July 2013 | 15:30 WIB
.
Mohon maaf sebelumnya, jangan diambil ati atau bahkan terkesan menggurui ya?
Lebih baik masuk dengan pendapat yang sudah terbangun duluan dengan mengatakan bahwa penulis memang kurang kadar kewarasannya. Karena dengan punya keyakinan seperti itu, minimal akan terasa tidak terlalu menyakitkan apabila yang ditulis di artikel disini ternyata benar adanya. Dan kalau salah? Kembali ke peraturan awal saja.
Islam Liberal. Penganan opo meneh iku? Inget Islam Liberal, keingetnya sama Lek Ulil Absar Abdalla dan konco konconya yang bernaung dibawah nama “JIL” atau Jaringan Islam Liberal. Konon, sekelompok pemikir yang ingin mengadaptasi Islam kepada kondisi terkini. Bahwa sejatinya ayat di Quran tidak harus statis, dan apabila iya maka boleh ditafsir ulang.
Faktualitas tidak penting, yang penting hanya menyerap moral of the story dari Quran sendiri. Dan yang lebih penting lagi, harus peka dengan kondisi terkini, setidaknya menurut standar versi JIL atau yang populer saat ini.
Menurut saya, Lek Ulil ini sendiri sebetulnya cerdas. Tapi seperti kebanyakan Liberal tanggung yang lain, sayangnya rata rata historisnya justru mereka berasal dari kungkungan yang kental akan nilai fundamentalis, dan tiba tiba terpesona dengan dunia barat. Seakan akan, ‘barat’ adalah satu jawaban dari kebuntuan pemikirannya . Karena satu dasar : sifat gumunan.
Liberalismenya sendiri,dipelajari dari setumpuk buku. Wah, kalau ditanya istilah atau terminologi seputar itu tentu hafal diluar kepala. Seperti halnya Ulil yang melihat “Amerika sebagai sesosok dewa penyelamat. Lucu bagi sebagian orang yang justru bahkan merasa malu bahkan untuk mengenakan kaus yang ada gambar bendera amerika yang kecil sekalipun.
Ya tapi mungkin itu tadi. Karena enggak tau, tadinya gak pernah merasakan jadinya gumunan. Malas mengkaji lebih dalam di Islam, dan juga tanggung di liberal. Jadilah mahluk hibrid bernama Islam Liberal.
Sebetulnya, aslinya memang sudah mantap mengaku menjadi seorang Islam Liberal itu karena sudah mentok belajar Islam, sudah benar benar faham liberalisme itu seperti apa dengan menjalaninya, atau karena Islam Liberal itu kelihatan keren dan gaul jadi asik disana?
Padahal nih ya, Islam Liberal itu kelihatan keren dan gaul, hanya di mata orang yang enggak pernah gaul. Seriusan ini. Karena kok yang saya perhatikan, kebanyakan dari yang ‘mengaku’ Islam Liberal sendiri adalah, they can only talk the talk, but they can’t walk the walk.
Memberikan pengertian pluralisme sendiri malah nabrak nabrak. Beneran nih menganggap semua agama itu sama baiknya dan masih mengklaim bahwa memeluk agama tertentu? Waduh, ini sih namanya plin plan malahan. Maaf kata.
Mbok ngomong aja kalo masih lagi taraf belajar agama. Gak perlu malu tentang hal itu, karena memang sudah seharusnya untuk terus belajar kalau pekara itu.