* Ida Ratna Isaura | 21 June 2013 | 18:54:06
saya rasa, resiko menjadi minoritas memang seperti itu. . mereka sendiri yang memilih menjadi minoritas, padahal pindah aliran demi keselamatan bukan berarti pindah agama kan? jadi nggak perlu se-fanatik itu. coba kalo mereka mayoritas, gag bakalan kena nasib gitu.
dan juga, kebetulan saya punya teman yg aliran syiah di fb. tiap post status isinya melulu membahas tentang syiah, menganggap syiah yang terbaik, kalo diskusi nggak mau menerima pendapat yang berseberangan, keras, cenderung memaki aliran2 yang dia benci dan merasa paling benar. mungkin di dunia nyata hal semacam itu juga yang menjadi faktor perlakuan buruk masyarakat sama mereka.
intinya, ya introspeksi diri dulu, mungkin selama ini mereka kurang membaur / terlalu eksklusif, kurang damai dengan perbedaan dll. .
salam.
reply
.
.
* Kresnap | 21 June 2013 | 19:12:38
Maaf, saya tidak terlalu mengikuti berita ini. Tetapi komentar Mbak Ida saya rasa terlalu menganggap remeh keimanan saudara2 Syiah, seakan2 melepaskan keimanan itu semudah membalik telapak tangan.
Kedua, saya setuju kalau eksklusivitas dan superiority complex dapat mengakibatkan pergesekan. Seyogyanya kedua belah pihak menahan diri, live and let live.
Namun saya kurang paham, apakah di tempat penampungan ini para pengungsi Syiah juga (masih?) gencar menyebarkan pahamnya kepada warga sekitar yg Sunni? Apakah warga yg Sunni selama ini juga tidak merasa dirinyalah yg benar sehingga perlu menyadarkan saudara2nya yg “sesat”? Atau bagaimana?
Semoga masalahnya cepat terselesaikan. Rahayu, rahayu, rahayu.
reply
.
.
* Black Horse | 21 June 2013 | 19:16:12
[__saya rasa, resiko menjadi minoritas memang seperti itu. . __]
Ini benar-benar sarkasme! Apakah dengan logika Anda ini, Anda mengamini “mayoritas” untuk melakukan bar-bar? Begitukah?
[__mereka sendiri yang memilih menjadi minoritas__]
Apa maksud pilihan minoritas itu? Apakah masalahhnya hanya karena pilihan dan kemudian Anda ingin menyeragamkan?
reply
.
.
* Ida Ratna Isaura | 21 June 2013 | 19:28:54
@Mas Kresna, terima kasih tanggapannya.
anda mengatakan saya terlalu menganggap remeh keimanan seolah2 melepas keimanan itu semudah membalik telapak tangan.
maksud dari melepas keimanan itu apa? apakah aliran diluar syiah itu dianggap kafir? apakah dengan menganut aliran nu, muhammadiyah dll yang mjd mayoritas di indonesia, mereka bakal masug neraka? kan sama islam nya,
dari pada mereka menganut aliran minoritas tapi mengharap perlindungan dan kenyamanan seperti halnya yang didapatkan mayoritas, itu kan sulit? dari pada mereka hidup dan merasa tidak aman, tidak dapat melakukan berbagai aktivitas dengan baik, dan tidak mendapat perlakuan yang baik, cari payung yang aman saja lah mas. aman di dunia aman di akhirat hehehe
melihat dan membaca berita ini, tentu kita merasa kasihan dan bersimpati. tapi kita sendiri tidak tahu bagaimana mulut mereka. seperti halnya yang saya ceritakan pada komentar diatas, bagaimana teman saya itu statusnya penuh konflik, keluhan agama, umpatan, nggak nerima perbedaan, merasa paling benar pula, rasa simpati dan kasihan saya itu jadi terasa lain. .
yah, semoga masalahnya dapat terselesaikan dengan baik
reply
.
.
* Ida Ratna Isaura | 21 June 2013 | 19:40:20
@Mas Black Horse, logika saya begini: nggak mungkin orang senyum2 cantik tiba2 ditendang. orang menendang tentulah diawali dari rasa tidak senang, marah, dsb.
saya tidak membenarkan orang2 yang menyerang mereka, tapi saya menekankan perlunya introspeksi diri bagi warga syiah. apakah selama ini mereka sudah bermasyarakat dengan baik dan tidak eksklusif, dll. . .
menurut saya, masyarakat indonesia itu semakin lama semakin kecanduan menyalahkan pemerintah. sedikit2 mengatakan pemerintah telah gagal blah blah blah. . . padahal kalau mereka sendiri yang duduk di kursi pemerintahan, belum tentu indonesia lebih baik, hehehe
reply
.
.
* Kresnap | 21 June 2013 | 19:43:58
Mbak Ida, kalau memang tidak ada pertentangan antara keimanan Syiah dan Sunni, saya rasa tidak akan terjadi saling tuduh yg kemudian meruncing menjadi saling serang seperti saat ini (dan bukan hanya di Sampang lho). Kalau keadaannya dibalik, misalnya, umat Sunni yg minoritas di Iran atau Bahrain disuruh manut mengikut Syiah, kira2 mau tidak mereka?
Mengenai komentar teman Mbak Ida, saya setuju, memang tidak pantas. Tetapi jangan lupa bahwa orang seperti itu tidak hanya terdapat di golongan Syiah saja, saya rasa. Silakan tengok di Kompasiana saja, berapa banyak tulisan yg mengatakan bahwa agama A adalah yg paling benar, paling mulia, paling berkenan di mata Tuhan, dll. Bukankah ini menunjukkan kecenderungan yg sama? Hanya mungkin karena yg melakukannya seagama dengan kita, kita anggap wajar, bahkan mungkin ikut mengaminkan.
Salam.
reply
.
.
* Mboten Wonten | 21 June 2013 | 19:46:20
mbak ida ratna ini agak ‘miring’ logikanya:
di indonesia sdh terbukti orang senyum2 gembira sambil2 bernyanyi2 (yg mereka anggap ibadah) di suatu tempat TANPA MENGGANGGU siapapun, toh tiba2 diserang dan dirusak bangunannya.
demikian selalu terjadi,krn apa? krn yg suka menyerang itu hanya sekumpulan orang2 tdk waras yg DIAJARKAN mencintai agamanya dibuktikan dgn MENYAKITI SESAMANYA yg berbeda
reply
.
.
* Ida Ratna Isaura | 21 June 2013 | 19:58:48
@Mas Kresna, pertentangan keimanan bagaimana? wong sama2 islam. kalau mau cari perbedaan, ya nggak bakalan habis. akan selalu ada konflik2 selama kita selalu mencari dan membahas perbedaan. jadi kembali pada individu masing2
akan lebih aman apabila seseorang berada/tinggal pada tempat dimana disitu menjadi mayoritas, supaya ketika terjadi gesekan, mereka gag jadi korban. cz saya menyarankan menganut aliran mayoritas demi keselamatan tapi kemudian dianggap menyeragamkan hehe
salam damai
reply
.
.
* Esther Lima | 21 June 2013 | 22:27:04
maksudnya, kalau mau hidup damai di Indonesia, minoritas harus pada pindah agama ke sunni, gitu ya mbak?reply
.
.
* Ida Ratna Isaura | 21 June 2013 | 22:42:44
ah, mbak Esther berasa di timur tengah saja emang payungnya cuma dua itu? dan saya tidak bilang harus kok
reply
.
.
* Esther Lima | 21 June 2013 | 22:55:48
Kutip:
saya rasa, resiko menjadi minoritas memang seperti itu. . mereka sendiri yang memilih menjadi minoritas, padahal pindah aliran demi keselamatan bukan berarti pindah agama kan? jadi nggak perlu se-fanatik itu. coba kalo mereka mayoritas, gag bakalan kena nasib gitu..
Bukannya mayoritas membiarkan mereka dengan hak hidupnya, malah melakukan intimidasi, dan menganggap begitulah resiko jadi minoritas. Kalau nggak mau terima resiko itu, ya pindah saja.
reply
.
.
* Eka Agustinus | 22 June 2013 | 00:02:44
lagi minjem akun icha ya?
reply
.
.