hari makin larut. aku masih saja memegang ini perut. seharian menunggu dukun urut. sebah dan begah tak bisa diturut.
lalu kulongok jalan. tak tampak tanda-tanda ki amat sialan.
jam pun berdentang 9 kali. waktu kian sempit dan perut semakin melilit.
notif whatsapp berbunyi. ki amat kirim kabar dan gambar. ikan bakar dan nasi uduk terhampar di jalan. rupanya motor ki amat tersenggol tronton. tak jadi ia datang ke sini. sisa napasnya hanya sampai di sini. ki amat tak jadi datang. malah aku yang harus bertandang ke nyi amat. tanda aku ikut berduka atas tewasnya ki amat.
ki amat tak mungkin lagi bisa datang ke sini. kalau pun ki amat datang besok-besok mungkin aku akan lari tumpang pukang.