di halte ini aku ternyata tak berdiri sendiri. tiga langkah di kiriku ada gadis manis berbaju hitam dan memegang payung hitam. kulitnya putih cerah, rambutnya ikal sebahu, alisnya hitam tebal, matanya coklat abu-abu. berdiri ia terpaku. tak menghiraukan bis yang baru lalu. satu. dua..... hingga lima bis tak ada yang ia tuju.
datang bocah kecil membawa dua payung.
"ojek, kak?"
aku hanya menggeleng dan bergeser merapat ke si gadis yang tetap diam mematung.
"nunggu mobil apa?"
"S-62"
hmmm..... mau ke Manggarai rupanya.
tapi tiba-tiba gadis itu berlari menyeberang jalan dengan cepat sekali. aku terkesiap bukan alang kepalang karena dari arah berlawanan sebuah sedan melaju kencang.
"heee...... awaaas!!!!"
bocah tadi kaget demi mendengar teriakanku.
"kakak kenapa?"
kutoleh bocah itu yang tanpa ekspresi dan tiada peduli akan nasib si gadis berpayung hitam.
kulihat lagi ke jalan segera.
he..... kemana gadis tadi. tak ada suara tabrakan atau rem mobil. sedan tadi melaju biasa saja.
"kamu lihat kemana gadis berpayung hitam di sampingku barusan?"
"berbaju hitam?'
"iya.... iya.... berbaju hitam... kemana?"
"dia ibuku"
"ibu kamu?"
"iya.... meninggal 7 tahun lalu saat menyeberang di sini...."
"hah??!! itu ibu kamu. muda sekali. seperti baru kelas 2 SMA. sudah meninggal?"
"ibuku meninggal saat aku masih berumur 7 bulan di dalam perutnya"
"............"
.
.
.
Gang Potlot, 19 April 1980.