Sejak awal kemunculannya di muka bumi, Togog, celingak celinguk, loh kok dunia ini sepi banget sih, ngga ada siapa-siapa, akhirnya Togog masuk lagi ke perut bumi.
Begitu juga dengan Nazarudin, kehadirannya di Partai Demokrat kok sepertinya tanpa arti, tanpa peran, tanpa ada yang mau menengok dirinya yang sudah berjasa melanggengkan anggotanya ke tampuk kursi yang paling bergengsi. Maka ia pun kembali masuk ke kamarnya, dan keluar lah sang Nazaruddin dengan sesuatu yang akan bikin gempar dunia persuratkabaran, dunia pertelevisian, dunia maya, dunia politik dan Dunia Dalam Berita.
Semar pun menjejakkan kakinya di bumi, dia lihat tak ada siapa pun di dunia ini, hanya dia sendirian saja, maka dia memproklamirkan bahwa dia lah orang pertama di muka bumi ini. Lalu lambat laun bumi dipenuhi para pandawa, kurawa dan para kawula serta punakawa. Ramai lah mayapada akan sepak terjangnya Drona, Sengkuni, Arjuna, Bima hingga Prabu Pandu Bergola.
Begitu juga dengan Nazaruddin, pada hari pertama dia pun mentasbihkan dirinya orang yang paling terkenal pada organisasi tempat dia berpijak. Tatkala satu-satu tabir terkuak, hari demi hari makin ramailah jagat negeri ini. Makin ramai, makin hiruk pikuk, dan bola sudah terlanjur masuk arena, tak terkendali, banyak bola-bola liar, bola aneka rasa, aneka warna, aneka rupa, penuh bumbu, penuh kreasi, sampai bau terasi.
Sampai hari ke 100, nama Nazarudin bagai tak lekang oleh waktu, kabar berita malah mulai ramai lagi. Dan apakah akan makin ramai dalam 100 hari ke depan ??? Tanya saja pada rumput yang mulai malas bergoyang.