Sebagai hamba Allah kita sering terjebak dalam hingar bingar kehidupan, manusia sering sekali merasa tidak sabaran, ingin segera mencapai tujuannya, lalu bila gagal akan menyalahkan orang lagi, diri sendiri, atau keadaan, yang lebih parah lagi menuduh Allah tidak Adil.
Bagi hamba Allah yang sudah belajar Al Qur’an dan paham Hadist maka mengikuti sunnah Rasul adalah keinginannya, ketika akan melakoni ada kalanya hambatan di depan mata menghadang. Mengapa hambatan itu bisa datang ? Beberapa penyebabnya bisa berupa cara atau sudut pandang, atau juga ketidaktahuan, dan pemahaman yang salah.
Di saat itulah pikiran dan perasaan beradu argument, kadang hati kecil yang menginginkan kedamaian memenangkan akal, atau kadang juga perasaan dengan penuh kecurigaan yang tak jelaslah yang menang.
Ketika pikiran dan hati ingin mencontoh perilaku Abu Bakar sang sahabat Rasul yang berniat membantu pembantunya karena telah memfitnah Aisyah putri kandungnya langsung mendapat teguran keras. Tidak bisa kita berlaku semena mena walau jelas kita dalam posisi benar, dan orang tersebut jelas jelas sudah menzolimi diri kita.
Contoh lain Ketika merenungi zaman Rasulullah dalam menghadapi orang Badui Arab yang kurang sopan, kasar, dan menjengkelkan beliau tetap berperi laku lemah lembut. Ditambah lagi nasehat Rasul dalam sebuah hadist yang menganjurkan memberi kepada siapapun yang berharap kepada kita…….., lalu berbuat baik kepada orang yang sudah menzolimi kita. Ini sungguh tak mudah, ingin mampu menjadi orang yang senantiasa legowo berjiwa besar dalam setiap kondisi……. Masya Allah, sungguh luar biasa beratnya. Disinilah pentingnya menenangkan pikiran.
Menurut Pascal, “Semua problem manusia berpangkal dari ketidakmampuannya untuk duduk diam sendirian di dalam sebuah ruangan”.
Sepakat, yakin dan percaya bahwa pikiran yang tenang adalah fondasi ketenangan bathin. Dan ketenangan bathin dapat diterjemahkan menjadi kedamaian lahiriah.
Banyak teknik untuk menenangkan pikiran, refleksi, bernafas dalam-dalam, kontemplasi dan visualisasi sedikitnya 5 sampai 10 menit setiap hari agar pikiran kita terlatih untuk tenang dan hening.Keheningan ini dibutuhkan agar tidak terlalu reaktif dan lekas marah.Dan memberikan perspektif yang lebih luas untuk melihat suatu masalah sebagai masalah kecil bukan sebagai keadaan darurat.
Memejamkan mata dan memusatkan perhatian pada pernafasan sendiri, menarik napas dan menghembuskannya, agar terlatih sebaiknya dilakukan berulang-ulang, untuk mendapatkan manfaatnya …… bagai posisi zazen dalam bela diri kempo ……… Pada akhirnya mudah-mudahan latihan ini mampu menolong kita untuk dapat menghadapi beragam situasi yang tak kita inginkan dengan tenang tidak reaktif, seperti Abu Bakar yang tetap menolong orang walau keluarganya difitnah dan disakiti.
Insya Allah.
Dan Tetaplah
Tetaplah teguh di kala yang lain rapuh.Tetaplah sabar di kala yang lain emosi. Tetaplah semangat di kala yang lain putus asa. Tetaplah memaafkan walau rasanya semakin menyakitkan. Karena Sebilah pedang tidak dibuat dengan belaian lembut, Tetapi oleh tempaan palu dan api Dan ingat, orang yang hebat tidak dihasikan oleh kemudahan, kenyamanan dan kesenangan.
...