gadis penderita kanker mengisi hari-hari yang tersisa dengan membuat sebentuk merpati, bahannya adalah kertas-kertas surat yang dikirimkan untuknya. sesering ia menerima surat, sebanyak itulah merpati yang dibuat. hingga ruang kamarnya penuh dengan merpati-merpati yang bergelantungan di langit-langit. saat ia dijemput, berserakan merpati-merpati memenuhi ruangan dan lantai-lantai dan lemari dan ranjang tidurnya.
di ruang isolasi, deadrowman duduk bersimpuh beralaskan sajadah lusuh. tiada waktu yang terbuang selain bermunajat ke Sang Pencipta, selebihnya ia mencorat-coret dinding ruang dengan apapun yang ada di dalam kepala. kadang doa untuk bunda, kadang fiksi belaka, kadang puisi cinta, kadang tentang sang penjaga, kadang hanya menyalin dari buku yg dipegangnya. saat ia dijemput, penuh sudah dinding kamarnya dengan tulisannya, malah hingga lantai dan langit-langit kamar.
di kamar kontrakan yang sumpek, kecil, bau, bocor, sedikit lampu, tanpa kipas angin apalagi pendingin ruangan, duduk bersila di hadapan laptop 2nd, ketak-ketik ke aneka media sosial yg ada. hanya menunggu dijemput saja, hanya mengisi waktu saja, entah berguna, entah sia-sia. berjuta bakteri, berjuta mikro-org, menempel abadi memenuhi sel-sel yang makin rapuh, makin rusak, makin tak berdaya. dari ujung rambut hingga ujung kuku jempol kaki tak luput hinggap bakteri-bakteri tak kasat mata. tak tahu kapan akan tiba waktunya, hingga asa hanya sehasta.